TEMPO.CO, Jakarta - Anggota KEIN Hariyadi Sukamdani mengatakan, untuk mengakselerasi upaya industrialisasi, dibutuhkan kebijakan suku bunga perbankan yang kompetitif. Selama ini, tingginya bunga masih jadi kendala utama industri yang belum kunjung terselesaikan.
Ketika melantik anggota komite ini, Rabu pagi, 20 Januari 2016, Presiden Joko Widodo meminta Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) membuat peta jalan untuk mendorong industrialisasi, baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang, agar memiliki daya saing secara nasional, regional, dan internasional.
Desakan untuk penurunan suku bunga itu disampaikan oleh Hariyadi dalam forum diskusi antara KEIN dan Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Rabu, 20 Januari 2016. Diskusi itu berlangsung beberapa saat setelah KEIN dilantik oleh Presiden Jokowi.
"Kalau bisa turun cost-nya akan mendorong industri menjadi kompetitif. Anda bayangkan negara kompetitor kita suku bunganya single digit semua, kita bertahun-tahun di atas 10 persen kan double digit terus," ujar Hariyadi seusai mengikuti pertemuan dengan Presiden.
Ketua Umum Apindo itu menambahkan tingginya suku bunga bank di Indonesia disebabkan oleh margin yang diambil terlalu besar. Alasan bank menerapkan suku bunga tinggi, kata Hariyadi, dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya biaya tinggi, inflasi tinggi, country risk, dan overhead tinggi.
Alhasil, suku bunga pun belum kunjung turun meskipun inflasi sudah berada di level 3,35 persen. Penurunan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25 persen pun dirasa masih terlalu tinggi. Hariyadi berkeyakinan suku bunga acuan masih bisa di level 6,25 persen.
"Inflasi sudah 3,35 persen, dia--BI Rate--masih bertengger di 7,25 persen turun 25 basis poin, kalau keyakinan saya 6,25 persen juga berani. Alasan BI untuk jaga rupiah, tidak ada urusannya. Rupiah ditentukan oleh kondisi global, lebih kepada nonteknis. Begitu The Fed tidak jadi bulan Oktober, tiba-tiba turun sendiri," ujar Hariyadi.
Ia juga menyarankan dalam forum dengan Presiden tersebut agar Bank Indonesia lebih baik memikirkan sektor riil dengan memberikan pembiayaan yang rendah karena saat ini perbankan masih jadi sumber utama pelaku industri.
"Kita konsen benar membuat biaya perbankan kita rendah karena perbankan sekarang paling utama. Kita belum ada pendalaman, sektor keuangan masih terbatas. Semua masih mengandalkan bank. Jadi ini salah satu yang harus kita harapkan. Satu rekomendasi kerja bareng kita betul-betul mengendalikan bank, menurut saya mungkin.”