TEMPO.CO, Jakarta - Pemadaman listrik masih terjadi di Kota Manado dan Gorontalo pada Senin, 18 Januari 2016. Pemadaman terjadi sejak Sabtu akibat gangguan transmisi dari kapal pembangkit terapung asal Turki ke PLTU Amurang.
"Masih ada pemadaman sekitar 10 persen di wilayah Manado dan Gorontalo," kata Manajer Bidang Pembangkitan PLN wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo), Mangapul Marbun, saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Januari 2016.
Mati listrik terjadi di Kota Manado dan Gorontalo sejak Sabtu siang, 16 Januari 2016. Saat itu, pembangkit terapung asal Turki akan melakukan sinkronisasi listrik ke sistem kelistrikan Sulawesi-Gorontalo (Sulutgo).
Kapal Karadeniz Powership Zeynep Sultan berkapasitas 6 x 20 megawatt itu berada di perairan Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Pantauan Tempo saat di lokasi pada Sabtu lalu, jarak antara kapal dan menara transmisi PLTU Amurang sekitar 1,5 kilometer. Rupanya, dorongan ombak membuat kapal semakin mendekat beberapa ratus meter ke bibir pantai.
Akibatnya, kabel transmisi berupa sling baja terbuka, yang sebelumnya membentang 6 meter di atas air muka laut itu, menjadi kendur. Sialnya, di bawah kabel transmisi itu, tumbuh lebat pohon mangrove. Ini membuat kabel transmisi menyentuh pohon mangrove dan menyebabkan transmisi listrik wilayah Sulutgo padam seketika. Kota Manado pun tanpa aliran listrik dari PLN. Masyarakat, hotel, dan pusat perbelanjaan menggunakan genset sebagai sumber listrik.
Saat itu, upaya sinkronisasi dihentikan sementara. Petugas di PLTU Amurang segera mengerahkan satu unit alat berat untuk membersihkan pohon mangrove yang berada di atas bentangan kabel transmisi kapal pembangkit. Kabel transmisi pun dipotong beberapa puluh meter supaya tidak terlalu menjuntai ke bawah.
Pada Minggu, upaya sinkronisasi diusahakan lagi. Namun upaya ini belum berhasil.
"Sampai Senin, listrik dari kapal pembangkit belum sinkron ke sistem kelistrikan Sulutgo," kata Mangapul. Pihak teknisi Turki rupanya ingin berhati-hati dan tak ingin mengambil risiko pada mesin pembangkit. "Mesin pembangkitnya baru. Mereka khawatir asuransi dan garansinya tak berlaku kalau ada kerusakan karena kecerobohan," kata Mangapul.
Dalam kesepakatan antara PLN dan pembangkit terapung, sebenarnya sinkronisasi listrik dari pembangkit terapung ke sistem kelistrikan Sulutgo ditargetkan paling lambat 23 Januari 2016. Saat itu, keenam mesin pembangkit sudah beroperasi semua dan mengalirkan listrik ke Sulawesi Utara dan Gorontalo. "Karena itu, mereka bilang sudah paling lambat 23 Januari saja," kata Mangapul.
Direktur Bisnis PLN Wilayah Sulawesi dan Nusa Tenggara Machnizon Masri mengatakan adanya kapal pembangkit terapung ini menjadi solusi sementara defisit listrik di wilayah Suluttenggo. Defisit listrik di wilayah itu masih 50 MW. "Kapal pembangkit terapung ini jadi solusi interim defisit listrik di wilayah Suluttenggo," kata Machnizon.
AMIRULLAH