TEMPO.CO, Jakarta - Investasi di sektor makanan pada 2015 meningkat 326 persen dibanding tahun sebelumnya. Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, hal ini mengindikasikan upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mulai ada hasilnya.
Franky yakin kenaikan investasi di sektor makanan menjadi modal implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Dalam menghadapi pemberlakuan MEA, pemerintah berusaha menjadi basis produksi dan tidak hanya sebagai pasar bagi produk ASEAN lain," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis 31 Desember 2015.
BKPM mencatat pengajuan izin prinsip di sektor makanan pada periode 1 Januari-28 Desember 2015 sebesar Rp 184,92 triliun atau 32,31 persen. Ini dihitung dari keseluruhan rencana investasi di sektor manufaktur yang masuk sepanjang periode tersebut sebesar Rp 572,29 triliun.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rencana investasi di sektor makanan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 326 persen. Rencana investasi tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri sebesar Rp 21,19 triliun dan penanaman modal asing sebesar Rp 163,73 triliun.
Franky menambahkan, tingginya investasi yang masuk di sektor makanan menunjukkan bisnis ini masih menjadi penggerak pertumbuhan sektor manufaktur dalam beberapa tahun ke depan. Masih dalam catatan BKPM, total rencana investasi sektor manufaktur yang masuk BKPM pada periode 1 Januari-28 Desember 2015 sebesar Rp 572,29 triliun. Terdiri atas PMDN sebesar Rp 228,83 triliun atau 40 persen dan PMA sebesar Rp 343,45 triliun atau 60 persen.
Rencana investasi sektor manufaktur secara keseluruhan diharapkan dapat berkontribusi terhadap upaya pemerintah mendorong transformasi ekonomi menjadi berbasis produksi. “Selain itu, rencana investasi PMA dan PMDN dengan komposisi 60 persen berbanding 40 persen cukup menggembirakan karena menunjukkan kontribusi PMDN yang cukup besar,” tuturnya.
AMIRULLAH