TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Ekonomi Center For Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai penting bagi Indonesia bergabung dengan blok perdagangan bebas Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan bergabung di TPP, Indonesia bisa mendapatkan pasar lebih luas dan dan menarik investor asing maupun dalam negeri. "Kalau tidak bergabung, Indonesia akan tertinggal," kata Rizal dalam diskusi untung-rugi gabung TPP di Jakarta, Sabtu, 21 November 2015.
Rizal berpendapat bila tidak bergabung maka Indonesia akan tersaingi dengan Vietnam. Dengan gabung TPP maka bea masuk ke Vietnam jauh lebih rendah 20-25 persen dari Indonesia. Sebab itu sejak dua-tiga tahun lalu investasi yang seharusnya masuk ke Indonesia jadi berbelok arah. "Vietnam ini ancaman yang nyata," ujarnya. Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang bisa tergerus oleh Vietnam.
Karena itu pemerintah perlu memberikan fasilitas dan kemudahan bagi investor. Dengan bergabung TPP, maka Indonesia akan memiliki mekanisme investasi yang baik, sebab ada tekanan pada pemerintah untuk terus-menerus memperbaiki sistem investasi. "Jadi pemerintah tidak bisa tenang-tenang saja," tuturnya.
Senada dengan Rizal, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Muhammad Nawir Mesi mengatakan yang paling utama bila ingin bergabung dengan TPP, maka perlu pembenahan birokrasi. Sebab kebijakan yang ada dianggap melemahkan daya saing dan kompetisi dunia usaha Indonesia.
Nawir mencontohkan, persoalan tanah terkait dengan hak guna usaha Indonesia sudah tertinggal jauh dengan Vietnam yang memberikan konsensi hingga seratus tahun. Sedangkan Indonesia masih berkutat di angka 30 tahun dan tanpa kejelasan ekspansi dapat dilakukan. "Bukan pengusaha yang harus disiapkan, tetapi benahi kebijakan yang menghambat daya saing," tuturnya.
Menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Anwar Nasution, dengan bergabung TPP dapat menurunkan biaya masuk dan memangkas hambatan nontarif sehingga meningkatkan perdagangan industri pertanian dan manufaktur.
Pengamat dari Populi Center, Niko Harjanto, berpendapat, keuntungan bergabung di TPP, selain keuntungan bisnis, juga menguntungkan politik Indonesia. Sebab dengan mengikuti forum-forum persetujuan internasional, politik Indonesia dipaksa lebih akuntanbilitas dan transparan. "Jadi bebas sogok-menyogok dan sebagainya," ujarnya.
AHMAD FAIZ IBNU SANI