Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Raja Bajaj dan Bapak Bir

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:

SIAPAKAH Eddy Tansil? Pada paspornya tertulis nama Tan Eddy Tansil alias Tan Tju Fuan, kelahiran Ujungpandang, 2 Februari 1934. Tapi semua koran mengutip: Eddy Tansil, terlahir Tan Tjoe Hong, 2 Februari 1953.

Nah, kalau satu nama berbunyi Fuan, yang lain Hong, itu semata karena soal dialek. Tapi bagaimana dengan usia Eddy? Dari pancaran wajahnya, Eddy belumlah 50 tahun. Tapi kalau betul ia lahir tahun 50-an, tentu ia masih sangat muda ketika meninggalkan sebuah universitas di Singapura.

Diduga, ia tidak menuntaskan kuliah di sana. Tapi bisa dipastikan, sejak itu Eddy langsung terjun ke kancah bisnis. Ada yang menduga, usianya kini sekitar 46 tahun.

Eddy merintis usaha sebagai agen tunggal pemegang merek Bajaj, Tunas Bekasi Motor, pada awal tahun 70-an. Bersama ayahnya, Harri Tansil alias Tan Tek Hoat, ia membangun industri perakitan kendaraan bermotor teknologi India itu di daerah Tambun, Bekasi. Saat itu sedang ramai kampanye daerah bebas becak, dan Eddy melihat peluang: menyulap motor ''vespa'' itu menjadi kendaraan umum roda tiga. Ia sukses. ''Bisnis empuk,'' katanya mengenang masa-masa emas itu.

Maklum, pemasaran Bajaj juga dimonopoli olehnya. Eddy menjual Bajaj dengan kredit ringan, bahkan mengusahakan kredit investasi kecil (KIK) bagi pembelinya. Orang pun berebut mengganti becaknya dengan Bajaj. Dan kantor Eddy di Pecenongan segera saja dipenuhi ahli Bajaj yang didatangkan langsung dari India.

Pada puncak masa jayanya itu, Eddy mengambil alih perusahaan perakit sepeda motor Kawasaki. Tak jelas berapa besar investasinya di situ, tapi kabarnya ia sempat berutang US$ 25 juta kepada BCA demi si Kawasaki.

Karena terlalu menggebu barangkali, ia tidak memperhitungkan perubahan kebijakan Pemerintah. Tak lama setelah Eddy mengambil Kawasaki, Pemerintah melarang mobil roda tiga sebagai kendaraan umum. Produksi Bajaj dihentikan, sementara Kawasaki dengan Binternya tersendat di pasaran -- kalah bersaing dengan Suzuki dan Honda.

Awal 1980, Tunas Bekasi bangkrut. Utangnya di BCA tak terbayar. Delapan tahun kemudian, ia harus melepaskan pabrik perakitan di Tambun ke pemilik BCA, Liem Sioe Liong. Pabrik itu juga yang menjadi cikal bakal pusat otomotif terpadu milik Indomobil Group.

Tapi usaha Eddy tak sampai kolaps. Ia masih sempat menyelamatkan industri moulding dan diesnya, PT Materindo Supra Metal Works. Pabrik penghasil cetakan baja pres ini kelak menjadi salah satu tulang punggung kerajaan bisnis Eddy Tansil.

Kecuali itu, pada tahun 1983 Eddy memboyong Beck's Beer dari Bremen ke Bogor, Jawa Barat. Bir cap kunci itu memang sedang populer di Eropa. Bahkan ''negeri bir'' Amerika Serikat pun dibanjiri produk Jerman ini. Berdasarkan rekor itu, Eddy mengadu peruntungan baru.

Dengan modal awal Rp 2 miliar, ia mendirikan PT Rimba Subur Sejahtera (RSS), berkongsi dengan Koesno Achzan Jein, pensiunan mayor jenderal Angkatan Darat yang sejak itu menjadi mitranya. Ia mendatangkan mesin baru, tenaga penyelia, bahan baku malt, bahkan ragi khusus langsung dari Jerman. Pabriknya semua terkomputerisasi, dan bisa dibilang tercanggih di Asia Tenggara.

Pendeknya, Bir Kunci van Bogor 100% seperti aslinya di Bremen. Tak hanya itu. Untuk menerobos pagar persaingan yang ketat, Eddy mendirikan dua distributor: Terang Meteor Cahaya dan Sinar Beck Birindo. Dengan persiapan yang demikian rapi, ia yakin bakal sukses. ''Kita tak melihat tantangan besar yang tak dapat diatasi,'' kata Koesno, yang dipercaya sebagai direktur utama di hampir semua perusahaan Eddy Tansil. November 1986, Bir Kunci mulai diproduksi. Dengan optimistis duet Eddy-Koesno membanjiri pasar 25 juta liter bir per tahun, hampir sepertiga dari total produksi nasional saat itu.

Tapi lidah Indonesia agaknya tak sama dengan Jerman atau Amerika. Konsumen tak mudah membanting seleranya pada produk bir baru. Kendati sempat dijuluki ''bir mewah'', si Kunci tak lama bertahan. Hanya dalam dua tahun, Eddy terpaksa menutup produksi bir kunci di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi ia tidak jera. Semua mesin pembuat bir ia boyong ke Fujian. Di provinsi Cina Daratan itu, ia mengolah bir dengan merek sama. Dan menurut sumber yang mengetahui, Eddy sukses besar sampai-sampai dijuluki ''Bapak Bir Fujian''.

Sukses ini membuat ia dilirik seorang kenalan lama, Menteri Tenaga Kerja Sudomo -- kini Ketua DPA. Pak Menteri ini teman dekat ayah Eddy. Kata Sudomo, ''Daripada tanam modal di negeri orang, apa tak lebih baik di Indonesia?''

Dengan dukungan Sudomo, Eddy membawa pulang hoki bir kunci dari Fujian dengan menamakan holding-nya sebagai Golden Key, si kunci emas.

Sudomolah yang menyarankan Eddy memasuki industri petrokimia. Alasannya, prospeknya cerah. Karena itu, pada tahun itu juga, 1987, Golden Key mengajukan izin untuk sejumlah proyek. Ada enam industri petrokimia dan satu perusahaan komponen elektronik yang lolos. Total investasinya mencapai setengah trilun rupiah.

Dari tujuh proyek, baru dua yang dibangun: Glasfibindo Indah, penghasil 5.000 ton kaca serat saban tahun, dan PT Sukma Beta Sempurna, produsen printed circuit board (PCB). Glasfibindo, satu-satunya penghasil kaca serat di negeri ini, sejak empat tahun lalu sudah mengekspor sebagian produknya ke Taiwan dan Korea.

Tapi, lima proyek petrokimia lainnya batal, termasuk industri carbon black, styrene butadiene rubber, dan ethylene glycol. Beberapa proyek ''prestisius'' yang pernah diajukannya juga terhenti sampai izin BKPM saja. Ada apa? Penyebab utama agaknya ini: industri kimia sudah dikuasai produsen raksasa yang punya modal dan kongsi superkuat. Dan Eddy terjepit di antara lawan-lawan yang bukan kelasnya.

Dalam industri PTA tadi, di luar Pertamina Plaju, setidaknya ada tiga raksasa yang sedang membangun industri bahan baku serat sintetis polyester. Mereka adalah Bakrie Brothers (berkongsi dengan Mitsubishi Corp.), lalu Salim Group yang menggandeng Amoco Chemical Company dari Amerika, dan Humpuss Grup milik Tommy Soeharto.

Untung, Eddy sempat mengendalikan ambisinya. Tapi, untuk proyek styrene monomer (bijih plastik) yang kini diributkan macet, ia ngotot.

Rencananya, Eddy melalui PT Graha Swakarsa Prima akan menanam investasi sekitar Rp 450 miliar untuk menghasilkan bahan baku plastik 120 ribu ton. Padahal, tiga tahun sebelumnya, Bimantara, yang didukung jaringan pemasaran Toyo Menka (Jepang) dengan teknologi Mosanto Lummus (Amerika), juga membangun industri yang sama.

Pabrik Bimantara justru jauh lebih murah. Investasinya cuma Rp 200 miliar, tapi sudah menghasilkan 100 ribu ton setahun. Dan di luar Bimantara masih ada Risyad Brasali Styrindo milik Ibrahim Risyad dan Polichem Indonesia.

Melihat persaingan seperti itu, kalaupun proyek-proyek Golden Key nanti berdiri dan berproduksi, masih perlu dipertanyakan, apakah ia mampu melewati tahap persaingan yang berat. Tak cuma itu. Golden Key murni PMDN. Ia tak punya partner bisnis yang kuat untuk mendukung pemasaran di luar negeri.

Apalagi kalau mengingat proyeknya telah mengalami banyak hambatan. Peralatan yang dipesannya dari Sinopec itu, misalnya, tak bisa dipakai karena gagal mencapai spesifikasi lisensi dari Union Carbide Coorporation Program. Karena itu, Eddy terpaksa ganti partner dan proyeknya tertunda cukup lama. Akibatnya, jadwal cicilan utangnya pun ikut tertunda. Dan seperti yang dipersoalkan oleh DPR: macet.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Teken Pengesahan UU DKJ

3 menit lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Teken Pengesahan UU DKJ

Presiden Jokowi menandatangani pengesahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta atau UU DKJ


Isu Kabinet Prabowo Banyak Beredar, PGRI Berpesan Jangan Mudah Ubah Kurikulum Pendidikan

13 menit lalu

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkunjung ke sekolah Beijing No. 2 Middle School, di Dongcheng District, Beijing, Cina, Selasa, 2 April 2024. Prabowo juga sempat meninjau ruangan kelas di sekolah tersebut dan berbincang dengan murid-murid. Foto: Humas Prabowo
Isu Kabinet Prabowo Banyak Beredar, PGRI Berpesan Jangan Mudah Ubah Kurikulum Pendidikan

PGRI mengingatkan bahwa pemerintahan baru di bawah Prabowo jangan dengan mudah mengubah kurikulum pendidikan.


Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

13 menit lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com/Priscilla du Preez
Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.


Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

19 menit lalu

Ilustrasi minum susu/Danone
Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

Memilih antara susu sapi dan susu kerbau bergantung pada preferensi individu, kebutuhan nutrisi, dan pertimbangan pola makan.


Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Ginting Menang, Fajar / Rian Keok, Indonesia vs Thailand 1-1

20 menit lalu

Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Fajar Alvian (kanan) dan Rian Ardianto (kiri) berusaha mengembalikan kok ke arah lawannya pebulu tangkis ganda putra Inggris Ben Lane dan Sean Vendy dalam babak kualifikasi grup Piala Thomas 2024 di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium, Chengdu, China, Sabtu 27 April 2024. Fajar/Rian menang dengan dua gim langsung 21-18, 21-12, dan tim Indonesia unggul atas Inggris dengan skor 2-0. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Hasil Piala Thomas 2024: Anthony Ginting Menang, Fajar / Rian Keok, Indonesia vs Thailand 1-1

Tim bulu tangkis putra Indonesia masih imbang 1-1 saat melawan Thailand pada pertandingan kedua babak penyisihan Grup C Piala Thomas 2024.


Tips Bepergian Naik Pesawat dengan Hewan Peliharaan

20 menit lalu

Ilustrasi bermain dengan kucing. Shutterstock.com
Tips Bepergian Naik Pesawat dengan Hewan Peliharaan

Tak semua maskapai penerbangan membolehkan penumpang bawa hewan peliharaan, pastikan tahu berikut sebelum beli tiket.


Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

23 menit lalu

Presiden Jokowi saat menghadiri HUT ke-59 Partai Golkar, Senin 6 November 2023. TEMPO/Ade Ridwan Yandwiputra
Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

Ini alasan Partai Golkar dan PAN menyebut Jokowi dan Gibran sebagai bagian dari keluarga besar partainya.


Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

26 menit lalu

Gunung Fuji Jepang (Pixabay)
Pemandangan ke Gunung Fuji Ditutup Pembatas Tinggi, Jengkel Turis Nakal

Jepang memasang tembok pembatas yang menghalangi turis berfoto dengan latar belakang Gunung Fuji.


Siap-siap War Tiket Konser Sheila on 7 untuk Pekanbaru Hari Ini, Begini Tips dan Triknya

29 menit lalu

Sheila on 7 akan menggelar konser 'Tunggu Aku di' 5 kota besar Indonesia. Dok. Antara Suara
Siap-siap War Tiket Konser Sheila on 7 untuk Pekanbaru Hari Ini, Begini Tips dan Triknya

Pada penjualan tiket nonton Sheila on 7 di Samarinda dan Makassar, ludes dalam beberapa jam saja.


Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

30 menit lalu

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Pelaksanaan UTBK di UI, Simak Lokasi dan Aturannya

Universitas Indonesia (UI) menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk SNBT 2024