TEMPO.CO, Jakarta - Obligasi yang diterbitkan PT Trikomsel Oke Tbk senilai US$ 155 juta atau setara Rp 2,11 triliun di pasar Singapura terancam gagal bayar (default). Obligasi perusahaan penyedia produk dan layanan telekomonukasi seluler ini jatuh tempo pada 2016 dan 2017.
Ancaman default obligasi ini merupakan yang pertama kali terjadi di pasar obligasi Singapura sejak krisis global. Menurut kalangan analis di Singapura, ancaman gagal bayar oblgasi Trikomsel membuat investor semakin malas untuk melirik surat utang yang diterbitkan perusahaan-perusahaan Indonesia.
Vaninder Singh, ekonom RBS mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah membuat banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kesulitan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ancaman pelarian dana asing (capital flight) karena imbas kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga berpengaruh terhadap kondisi perusahaan.
"Banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami persoalan utang valas yang tinggi karena depresiasi rupiah. Ini memberikan tekanan kepada penerbitan obligasi Indonesia," kata Sing seperti dilansir dari laman Asia One Selasa 27 Oktober 2015.
Seperti diketahui Trikomsel menerbitkan dua surat utang. Yang petama sebesar S$ 115 juta dengan bunga 5,25 persen dan jatuh tempo pada Mei 2016. Yang kedua sebesar S$ 100 juta dengan bunga 7,875 persen yang jatuh tempo pada Juni 2017.
Dalam surat keterangannya kepada Bursa Singapura, Senin lalu, emiten yang sekitar 19,9 persen sahamnya dimiliki Japan SoftBank Corp ini berharap dapat mencapai kesepakatan dengan para krediturnya terkait restrukturisasi utang senilai total US$ 460 juta pada triwulan I 2016.
Presiden Direktur Trikomsel Sugiono Wiyono mengatakan akan melakukan pertemuan dengan para kreditur, baik pihak bank maupun pemegang obligasi, untuk membahas proposal restrukturisasi dalam dua hingga tiga pekan ke depan. Perseroan berharap restrukturisasi dapat dimulai pada 31 Januari 2016 dan dokumen legal bisa diteken pada 29 Februari 2016.
"Dari total utang sekitar US$460 juta kepada sejumlah kreditur, termasuk di dalamnya dua obligasi, sebanyak 80 persen diantaranya akan jatuh tempo dalam dua tahun dan sebagian kecil sisanya pada 2018," kata Sugiono dalam keterangan kepada Bursa Singapura.
SETIAWAN ADIWIJAYA