TEMPO.CO, Jakarta - Siklus beras mahal pada November hingga Maret dimanfaatkan pengusaha nakal. Pengusaha nakal ini mengimpor beras ilegal asal Vietnam dari Malaysia melalui pelabuhan Kuala Tungkal dan Kuala Betara di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Seorang pengusaha yang tahu aktivitas ini mengatakan beras impor ilegal itu diangkut oleh kapal bermuatan 300-700 ton. "Mereka masuk sejak Agustus tahun lalu. Impor semakin deras ketika beras mencapai harga termahal," katanya kepada Tempo, Rabu, 25 Maret 2015.
Aktivitas ilegal ini tercium oleh aparat Bea dan Cukai. Pengusaha itu mengatakan petugas pabean menggeledah gudang beras di Parit V, Kuala Tungkal. Hasilnya ditemukan ribuan ton. Namun petugas hanya menyita 1.350 karung berisi masing-masing 25 kilogram beras. Kepala Bea dan Cukai Jambi Suryana membenarkan penyitaan beras tersebut. "Berasnya jelek-jelek," katanya.
Sejak itu aktivitas impor beras ilegal mengubah pola. Beras yang baru datang langsung diangkut truk ke Palembang. Di Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan itu beras dioplos dengan beras lokal. Lalu dilabeli merek lokal. Beras oplosan ini diangkut menuju Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.
Beras impor yang diduga ilegal ini digerebek oleh petugas gabungan Kementerian Perdagangan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada Sabtu, 21 Maret 2015. Hasilnya, petugas menyegel 16 ton beras. Pedagang beras kesohor, Billy Haryanto, membenarkan adanya penyegelan tersebut. "Mereka datang Sabtu siang," ujarnya. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Widodo enggan berkomentar panjang tentang operasi ini. "Saya belum mendapatkan laporan," katanya.
Seorang pengusaha mengatakan pemerintah sedang menelisik mafia impor beras. Presiden Joko Widodo menengarai ada peran mafia beras dalam kenaikan harga beras medium. "Kami sedang mencari," katanya awal Maret lalu. Beras medium yang dibanderol Rp 7.500-8.000 sempat tembus Rp 10.500 per kilogram sejak Januari lalu.
Lonjakan ini membuat Jokowi blusukan ke gudang Perum Bulog, dan ditemukan 1,4 juta ton beras. Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan Bulog melepas 400 ribu ton beras untuk operasi pasar. Hasilnya tokcer, harga beras berangsur turun sejak dua pekan lalu.
Menurut Jusuf Kalla kenaikan harga dipicu penghentian distribusi beras untuk masyarakat miskin alias raskin oleh Bulog sejak Januari lalu. Penghentian karena ada rencana pemerintah mengubah pola subsidi dari barang ke transfer uang. Rencana ini membuat 15,5 juta keluarga miskin harus membeli beras nonsubsidi. Permintaan yang meningkat ini menjadi salah satu pemicu harga beras naik.
AKBAR TRI KURNIAWAN