TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Fauzi Ichsan menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membawa dampak pada target pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang Presiden Joko Widodo. Dengan mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen, otomatis pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal akan pesat. Artinya, defisit transaksi berjalan bisa makin besar.
"Itu akan memperburuk kurs rupiah," ujar Fauzi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya ekspektasi pasar soal akan dinaikkannya suku bunga oleh The Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) yang akan membuat investor menarik dolar dan menanamkannya kembali ke negara itu.
"BI menghadapi dilema antara pertumbuhan ekonomi dan pelemahan rupiah," ucap Fauzi. Karena itu, Fauzi memprediksi pelemahan rupiah akan membuat pertumbuhan ekonomi tidak akan tembus 6 persen.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi diprediksi 5,3-5,4 persen. Dan dalam dua tahun ke depan, pertumbuhannya diprediksi tak mencapai 6 persen.
Menurut Fauzi, ketimbang mengejar angka pertumbuhan, pemerintah lebih baik mengutamakan pertumbuhan yang berkualitas. Ini bisa dicapai melalui pembangunan proyek infrastruktur yang bisa menyerap tenaga kerja dan program-program untuk mengurangi kemiskinan.
"Daripada menargetkan angka 7 persen tapi hanya dinikmati industri tambang atau komoditas saja,” tutur Fauzi.
AMIRULLAH