TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi lebih didorong kebijakan mengalihkan anggaran dari konsumtif ke produktif. Belanja subsidi BBM mencapai Rp 800 triliun selama lima tahun terakhir, jauh meninggalkan belanja infrastruktur Rp 600 triliun, dan kesehatan Rp 300 triliun. “Ini tidak mendorong pertumbuhan,” katanya di kantor redaksi Tempo di Jakarta, Senin 24 ovember 2014.
Kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter untuk jenis solar dan premium sejak 18 November lalu, telah menghemat dana Rp 110-140 triliun. Dana ini akan diprioritaskan untuk belasan program infrastruktur. (Baca: Subsidi BBM ke Sektor Produktif, Ekonom UGM: Bohong)
Pioritas utama adalah pembangunan infrastruktur pertanian yaitu pembangunan irigasi, pembangunan waduk, dan jalan desa. Menurut Bambang, irigasi yang banyak dibangun era Presiden Soeharto telah mengalami kerusakaan akibat tidak ada anggaran pemeliharaan.
Inilah yang akan menjadi prioritas akan diperbaiki dan beberapa dibangun baru menggunakan dana penghematan subsidi. “Kementerian Pertanian mengusulkan anggaran irigasi Rp 16 triliun,” ujarnya.
Pembangunan waduk akan diutamakan pada waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. Waduk yang direncanakan sejak era Presiden Soekarno itu belum juga digenangi air sebab sebagian wilayah yang belum dibebaskan masih tinggal 10 ribu penduduk. (Lihat: Waduk Jatigede Batal Digenangi Tahun Ini)
Selama lima tahun terakhir, menurut Bambang, Presiden Joko Widodo memerintahkan pembangunan 30 waduk baru. Infrastruktur terakhir adalah memprioritaskan pembangunan jalan desa ketimbang jalan tol. “Anggaran desa juga akan ditingkatkan,” kata Bambang.
AKBAR TRI KURNIAWAN
Berita Terpopuler
10 Tahun Presiden, SBY Bakar Subsidi BBM Rp 1.300 T
Sam Pa, Surya Paloh, dan Kerajaan Neraka
Jokowi Jadi Idola di Malaysia