TEMPO.CO, Jakarta - Tren pelemahan dolar Amerika Serikat rupanya belum berdampak positif terhadap pergerakan rupiah. Tanpa sebab yang jelas, meningkatnya permintaan dolar AS di pasar uang domestik membuat rupiah tertekan. Dalam perdagangan di pasar valuta, Rabu, 7 Mei 2014, rupiah merosot 58,5 poin (0,51 persen) ke level 11.577.
Ekonom BNI Securities, Heru Irvansyah, mengatakan pergerakan negatif rupiah lebih didominasi oleh faktor di dalam negeri. Selain terpengaruh oleh berkurangnya permintaan aset-aset bernilai rupiah, tekanan disebabkan oleh meningkatnya permintaan dolar AS di dalam negeri. “Entah karena faktor spekulan atau apa pun, pekan ini memang ada tren peningkatan dolar AS,” kata Heru.
Untuk sementara waktu, mata uang dolar AS diperkirakan masih melemah. Namun, Heru mengingatkan bahwa dolar AS berpeluang menguat selepas pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen.
Wacana kenaikan suku bunga oleh The Fed ditaksir bakal membuat dolar AS menguat. Tingkat pengangguran pada April yang turun ke level 6,3 persen menjadi indikator telah membaiknya kinerja perekonomian Abang Sam.
Imbas pernyataan Yellen, rupiah diperkirakan masih akan cenderung melemah pada kisaran level 11.500-11.600 pada hari ini. Pelaku pasar yang mempertimbangkan rencana penyesuaian suku bunga AS mulai mengalihkan dana investasinya ke portofolio bernilai dolar AS. “Bagi pelaku pasar, dengan risiko yang sama investasi pada surat berharga AS tentu lebih menarik,” tuturnya.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Foto Seksinya Digunjingkan, Mariana Renata Pasif
Hukum Syariah Aceh Disorot Media Internasional
Bangun Tidur, Bupati Bogor Dicokok KPK
Alasan Negara Timur Tengah Suka Fortuner Indonesia