TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali menguat awal pekan ini akibat melemahnya data perekonomian Amerika Serikat. Mata uang dolar yang kembali tertekan membuat rupiah menguat 76 poin (0,65 persen) ke level 11.631,30 per dolar pada pukul 15.00 WIB. Ini merupakan posisi terkuat rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2014.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan rendahnya penjualan rumah (existing home sales) di Amerika membuat investasi dolar menjadi lebih berisiko. “Karena penjualan rumah turun, dolar cenderung tertekan,” kata Rangga, Senin, 24 Februari 2014. (Baca juga: Dolar Melemah, Prospek Rupiah Kian Cerah).
Dolar juga tertekan oleh hasil pertemuan negara-negara yang tergabung dalam G-20. Negara berkembang seperti Brasil dan India mendesak bank sentral Amerika (The Fed) untuk menunda percepatan pengurangan paket stimulus moneter (tapering off). Ini memunculkan harapan perubahan arah kebijakan The Fed.
Pada saat yang bersamaan, kurs regional masih terlihat bergerak variatif. Selain rupiah, yen dan ringgit juga mengalami penguatan, masing-masing 0,22 persen ke level 102, 28 per dolar dan 0,21 persen ke level 3,28 per dolar. Adapun won dan baht justru bergerak melemah, masing-masing 0, 23 persen ke level 1.074,6 per dolar dan 32,57 per dolar. (Baca pula: Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?).
MEGEL JEKSON
Terpopuler:
OJK: Jangan Tergoda Janji Manis Investasi Bodong
Kantor Kementerian Perdagangan Dilempari Apel
Pohon Apel di Malang Tinggal 1,2 Juta Batang
Empat Persoalan Menjerat Petani Apel Malang