TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan General Council of WTO di Jenewa yang berakhir pada 26 November 2013 kemarin gagal menghasilkan kesepakatan. Karena itu, timbul kekhawatiran bahwa Konferensi Tingkat Menteri ke-9 di Bali pada 3-6 Desember 2013 mendatang juga bakal menemui jalan buntu.
"Saya tegaskan, pertemuan di Bali belum bisa dinyatakan gagal, perundingan masih akan berlangsung," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, Rabu, 27 November 2013.
Bayu menyatakan, pertemuan General Council of WTO di Jenewa sebetulnya telah menyepakati beberapa hal yang rencananya akan menjadi bagian dari Paket Bali. Di antara tiga tema besar itu, draf mengenai paket bagi negara-negara kurang berkembang sebenarnya telah mendapat persetujuan. Sementara dua isu besar lain yakni soal fasilitasi perdagangan dan masalah pertanian masih harus dirundingkan.
Bayu menyebut, dalam paket untuk negara yang kurang berkembang ada enam poin yang dibahas. Di antaranya adalah peraturan mengenai asal barang (rules of origin), pembebasan kuota dan bea masuk (duty free and kuota free), pembebasan ekspor untuk negara-negara penghasil kapas, dan mekanisme monitoring. "Semuanya sebenarnya sudah disepakati," katanya.
Sementara, dalam pembahasan ihwal pertanian, dari tiga poin yang diajukan oleh negara berkembang, dua diantaranya, kata Bayu, sudah hampir mendapat lampu hijau. Dua hal tersebut adalah masalah transparansi tarif dan kuota, serta masalah persaingan ekspor yang di dalamnya termasuk membahas masalah subsidi. Yang masih menjadi ganjalan, kata Bayu, adalah proposal negara berkembang yang dimotori India untuk menambah batas cadangan pangan negara dari 10 menjadi 15 persen. "Untuk masalah ini, negara maju khawatir jika cadangan pangan yang terlalu banyak itu sampai bocor, maka akan mengganggu keseimbangan harga internasional," katanya.
Topik pembahasan terakhir adalah proposal dari negara maju mengenai fasilitasi perdagangan. Intinya adalah bagaimana prosedur kepabeanan untuk ekspor-impor dipermudah. "Saya kira semua negara termasuk Indonesia juga mengupayakan itu, tapi kita masih menunggu komitmen (dari negara maju) apa investasi yang akan diberikan," ujarnya.
Bayu masih optimistis hal-hal tersebut dapat dirampungkan dalam pertemuan di Bali. Namun ia sadar bahwa empat hari adalah waktu yang sangat singkat jika satu rapat harus mendengarkan pendapat 159 orang. "Dari pengalaman, Bali itu punya tuah bisa menyelesaikan masalah yang tersendat, auranya Pulau Dewata bagus untuk menyelesaikan masalah ini."
PINGIT ARIA