TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar seribu petani tebu dari berbagai wilayah mendatangi kantor Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Jakarta. Mereka meminta Kementerian tegas menindak pelaku penyelundupan gula mentah alias gula rafinasi di pasar.
Para petani yang menggunakan 70 bus ini datang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Mereka memadati Jalan Ridwan Rais, Gambir, hingga kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat. Akibatnya, sempat menimbulkan kemacetan.
Dalam orasinya, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Nur Khabsyin mengatakan, serbuan gula rafinasi membuat harga lelang gula petani di pabrik-pabrik anjlok. Bila biasanya Rp 10.400 per kg, kini tinggal Rp 9.200. "Ini sangat merugikan petani," ujarnya, Selasa, 17 September 2013.
Bagaimana tidak, biaya produksi gula mulai penanaman tebu hingga proses pembuatan gula ditambah margin 10 persen itu sekitar Rp 10 ribu. Sehingga bila pemerintah tetap membiarkan gula petani di kisaran Rp 9.200, petani akan dirugikan.
Ketua APTRI Arum Sabil menyatakan bahwa tahun ini Kementerian Perdagangan memberi izin impor 240 ribu ton gula rafinasi melalui Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Hal itu, menurut dia, tak bisa dibenarkan. Sebab, izin impor gula rafinasi seharusnya hanya diberikan pada pabrik-pabrik gula untuk mengisi iddle capacity mereka. "Ini tidak benar. Karena itu, kami juga akan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar dilakukan pemeriksaan," katanya.
Baca Juga:
Petani makin terpukul sebab ada ribuan ton gula rafinasi selundupan yang masuk di Indonesia. Gula-gula ini masuk melalui pelabuhan-pelabuhan kecil di Indonesia, khususnya Kalimantan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Gunaryo sempat menemui beberapa perwakilan demonstran, tapi belum bersedia berkomentar.
PINGIT ARIA