TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Bungaran Saragih, memprediksi pasar agrobisnis dalam negeri tumbuh pesat pada tahun depan. Sebaliknya, pasar agrobisnis asing akan mengalami penurunan permintaan. "Resesi global masih mewarnai global ekonomi dan akan mempengaruhi ekspor. Maka, demand agrobisnis dari luar akan berkurang," ujarnya dalam seminar Agrobusiness Outlook 2013, Rabu, 5 Desember 2012.
Menurut dia, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen per tahun akan mendorong peningkatan permintaan agrobisnis. Jadi, pelaku industri mengarahkan produknya ke dalam negeri dan bukan ekspor. "Sektor seperti hortikultura, peternakan, perikanan, tanaman pangan berpotensi tumbuh cepat pada tahun depan jika fokus ke pasar dalam negeri."
Namun, pertumbuhan pesat sektor agrobisnis dalam negeri ini dinilai bisa terhambat bila pemerintah tidak memberlakukan kebijakan bea masuk yang tepat. Produk-produk agrobisnis asing bisa mengancam produk domestik bila pemerintah membebaskan impor. Pemerintah didesak untuk menghasilkan kebijakan yang fleksibel agar persaingan produsen dalam negeri dan luar negeri tetap kompetitif. "Kalau kebijakan kaku, kita akan kalah dengan negara lain," kata Bungaran.
Penurunan permintaan produk agrobisnis dari luar negeri selain disebabkan krisis ekonomi global juga oleh kebijakan proteksi ketat banyak negara tujuan ekspor Indonesia. Negara seperti Cina, India, atau Prancis merupakan negara yang memberlakukan kebijakan proteksi bea masuk yang ketat.
Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance, Aviliani, mengatakan, sektor agrobisnis harus mengantisipasi perubahan perilaku konsumen domestik jika ingin tumbuh pesat pada 2013. Menurut dia, produsen dan penjual pada sektor ini kurang jeli melihat perubahan perilaku konsumen yang didominasi oleh kelas menengah. "Kenaikan tren penjualan luar biasa naik karena ada perubahan gaya hidup kelas menengah yang mencapai 50 juta," kata dia.
Aviliani mencontohkan, konsumen makanan organik mayoritas merupakan kelas menengah. Sektor ini seharusnya bisa dieksploitasi lebih banyak. "Agrobisnis bukan hanya pangan pokok, tapi primer. Ini belum banyak diantisipasi dan lebih banyak diantisipasi orang asing," ujarnya. Selain itu, untuk obat-obatan herbal, masyarakat cenderung memilih minuman herbal. Minuman herbal pun lebih diminati dari obat-obatan. Menurut dia, produsen sektor agrobisnis harus tanggap terhadap hal ini.
ANANDA TERESIA