TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Cina akan kembali bertemu untuk membahas soal keberimbangan neraca perdagangan antara kedua negara pada Juni nanti.
"Pemerintah Cina sudah mengundang kami untuk bertemu pada 9-12 Juni nanti di Cina," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Perdagangan dan Industri, Edy Putra Irawady, Sabtu, (23/4) siang.
Menurutnya pertemuan tersebut untuk menjawab adanya ketidakberimbangan neraca perdangan antara Indonesia dan Cina pasca diberlakukannya Cina-Asean Free Trade Area (CAFTA). Kedua negara akan melakukan dialog bilateral. Pertemuan ini bukan dimaksudkan sebagai renegosiasi CAFTA.
Dalam pertemuan itu nanti pemerintah Indonesia dan Cina akan melakukan penyamaan data mengenai impor-ekspor kedua negara. "Kami akan tukar data, supaya jelas berapa sebenarnya jumlah ekspor-impor dan sekaligus bisa mengetahui dengan pasti produk mana yang menyebabkan masalah di Indonesia (karena impor terlalu besar)," terangnya.
Pertukaran data itu dianggap penting karena selama ini kedua negara tampaknya memiliki data yang berbeda. Selain itu juga ada impor-ekspor yang tidak langsung melalui kedua negara yang bersangkutan. Masuknya barang Cina ke Indonesia bukan melalui mekanisme impor, tTapi melalui negara lain. Misalnya, barang produk Cina diekspor ke negara tertentu, selanjutnya dijual ke Indonesia dan diakui sebagai produk negara tersebut, padahal itu produk Cina.
Agenda pembicaraan utama akan difokuskan untuk membahas lima komoditi Indonesia yang terindikasi mengalami injury. Yaitu di sektor tekstil, elektronik, alas kaki, mainan anak, serta makan dan minum.