Menurut Aryanto, sampai Agustus 2010 pertumbuhan ekspor sektor industri tercatat 34,1 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai ekspor sektor industri tercatat US$ 52,31 miliar atau sekitar Rp 484 triliun. "Pendorong utamanya karena kondisi ekonomi di negara tujuan ekspor semakin membaik," katanya ketika dihubungi, Sabtu (30/10).
Peranan ekspor sektor industri terhadap total ekspor juga mengalami peningkatan. Pada semester pertama lalu ekspor sektor industri mencapai 61,26 persen dibanding total ekspor, lalu sampai Agustus presentase ini meningkat menjadi 62,16 persen.
Pada saat yang sama pertumbuhan industri juga tercatat melebihi target yang ditetapkan. Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri 4,65 persen tetapi pada kenyatannya industri tumbuh sampai 4,91 persen.
Meski begitu Aryanto mengaku tetap sulit memacu pertumbuhan melewati angka lima. "Lima itu susah karena ini besar sekali. Pertumbuhan ekonomi saja cuma 6,3 persen," katanya. Meskipun target itu mungkin saja tercapai apabila fasilitas infrastruktur lebih baik.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Djimanto mengatakan pertumbuhan ekspor industri sampai Agustus memang cukup tinggi, namun ia menyarankan agar pemerintah jangan keburu senang dulu. "Ini titik balik dari kondisi tahun lalu sehingga harus dipelajari kenaikan itu pada komoditas yang mana?" katanya ketika dihubungi.
Pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi bisa dianggap baik apabila produk yang diekspor mengandung konten lokal yang juga tinggi. Jika produk yang diekspor masih mengandung konten impor yang tinggi, maka sebenarnya nilai impor juga masih tinggi. Djimanto menambahkan meskipun pertumbuhan cukup tinggi, sumbangan sektor industri terhadap pendapatan domestik bruto sangat rendah.
KARTIKA CHANDRA