TEMPO Interaktif, Jakarta - Rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik mulai 1 Juli ini diperkirakan berdampak langsung kepada pelaku industri kecil yang bergerak di bidang garmen. Pasalnya industri tersebut bergantung penuh kepada listrik dalam produksinya.
"Kalau sedang produksi kita kan pakai listrik terus," ujar Sri Wahyuni, penjahit sekaligus pemilik toko kebaya di Pasar Sunan Giri, Jakarta Timur hari ini.
Keluhan lainnya juga disampaikan oleh pedagang di pasar yang banyak dihuni oleh para penjahit dan pelaku industri garmen berskala kecil tersebut. Ida, misalnya, mengaku bahwa sebelum listrik naik, 50 persen biaya produksinya adalah untuk listrik. "Berarti kalau besok listrik naik,listrik bisa makan 70 persen cost produksi," ujarnya.
Ida melanjutkan, selama ini dirinya telah mengakali biaya produksi agar hasil garmen yang akan dijual harganya tidak terlalu tinggi. "Jujur saja, hasil garmen kami sudah tidak bisa masuk ke pasar tanah abang, kalah murah dengan produk import," keluhnya.
Pelaku industri garmen di pasar tersebut mengaku sudah cukup kesulitan dengan kenaikan harga listrik sebelumnya, karena akibat naiknya tarif listrik secara otomatis mereka harus mengakali dan menekan biaya produksi di bidang lainnya seperti bahan material dan tenaga kerja. "Tapi kalau keadaan begini terus, namanya kan membunuh produksi negeri sendiri."
Baca Juga:
Ida hanya mampu berharap agar kenaikan tarif listrik tidak terjadi lagi dan ada solusi yang lebih baik dari pemerintah.
GUSTIDHA BUDIARTIE