Sebelumnya, manajemen Elnusa berniat menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana. "Obligasi ditunda dulu, karena fee-nya untuk dana sebesar itu lebih mahal," ujar Santun. Ia menambahkan, pendanaan dari sindikasi bank itu akan didapatkan pada kuartal tiga atau empat tahun ini. Saat ini, ELnusa telah mendapat pinjaman dari beberapa bank seperti Bank Syariah Danamon, Bank BCA, dan Bank Of Tokyo.
Dari penjajakan pinjaman kepada sindikasi enam bank tersebut, kata Santun, kemungkinan Elnusa justru bisa mendapatkan modal lebih dari US$ 70 juta atau sekitar Rp 640 miliar. "Modal kerja kami akan naik disesuaikan dengan proyek-proyek yang lagi ditangani," ujar dia.
Di samping pengajuan kredit, pihak Elnusa mengatakan rencana melepas 40 persen kepemilikan saham di Patrakom masih tahap penawaran ke pada pemilik saham lainnya. "Kami sedang tawarkan kepada pemegang saham yang 20 persen apakah mau membeli saham kami yang 40 persen atau tidak," kata Santun.
Perseroan memperkirakan divestasi saham itu selesai pada kuartal ketiga tahun ini. Beberapa peminat telah menunjukkan ketertarikannya. Saat ini Elnusa memiliki 40 persen saham di Patrakom, Telkom sebesar 40 persen, dan 20 persen dipegang PT Tanjung Mustika, anak usaha Sinar Mas Group. Namun, pihak Elnusa enggan membuka nominal yang akan diperoleh perseroan dari divestasi itu. "Masih dibicarakan," ujar Santun.
Perusahaan penyedia pelayanan jasa terintegrasi di bidang hulu minyak dan gas bumi itu menguasai 65 persen pangsa pasar untuk integrated geoscience services, 20 persen untuk integrated drilling services, dan 30 persen untuk integrated oilfield services.
Baca Juga:
Selain mengembangkan pasar di Indonesia, Elnusa juga berencana mengembangkan pasar di tingkat regional. "Target regional kami inginkan kembangkan pasar di Brunei, Malaysia, dan Vietnam. Terutama di sektor land seismic dan drilling services," ujar M. Jauzi Arif, Direktur Pengembangan Usaha Elnusa.
RIRIN AGUSTIA