TEMPO.CO, Jakarta - Pada 86 tahun lalu, tepatnya pada 3 September 1938, merupakan hari kelahiran Prof Dr Mubyarto. Ia dikenal sebagai pakar ekonomi kerakyatan Indonesia yang mengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dikenal sebagai penggagas konsep Ekonomi Pancasila.
Profil Mubyarto
Mubyarto lahir di Sleman pada 3 September 1938. Sejak kecil, Mubyarto menghabiskan waktunya di Yogyakarta. Dilansir dari macapat.ub.ac.id, ayahnya bekerja sebagai mantri pengairan, yang bertanggung jawab atas masalah irigasi di daerah mereka. Meskipun demikian, kondisi kehidupan keluarga Mubyarto tetap sederhana.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA Bopkri I Yogyakarta, ia melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi, jurusan Agraria, UGM. Berdasarkan wawancara dengan salah satu muridnya, ia memilih jurusan Agraria karena terobsesi untuk memperbaiki kehidupan para petani.
Mubyarto melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar Master of Arts dari Vanderbilt University, Tennessee pada 1962 serta gelar Doctor of Philosophy dari Iowa State University, Iowa pada 1965, keduanya di Amerika Serikat. Ia meraih gelar Doktor pada usia 27 tahun dengan disertasi berjudul "Elastisitas Surplus Beras yang Dapat Dipasarkan di Jawa-Madura".
Sebagai dosen di Fakultas Ekonomi UGM (1959-2003), salah satu jabatan penting dalam kariernya adalah Kepala Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK) UGM pada 1983-1994. Di bawah kepemimpinannya, P3PK secara intensif melakukan penelitian di bidang perdesaan bekerja sama dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Pada periode 1987-1999, Mubyarto menjadi anggota MPR. Sejak 2002, ia menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Ekonomi Pancasila (Pustep) UGM hingga wafat pada 2005. Pustep didirikan oleh UGM di bawah pimpinan Rektor Sofian Effendi untuk mengkaji dan mengembangkan konsep Ekonomi Pancasila, yang telah menjadi topik diskusi utama dalam ekonomi Indonesia sejak 1980.
Sebagai birokrat, Mubyarto pernah menjabat sebagai Penasihat Menteri Perdagangan (1968-1971), Asisten Kepala Bappenas (1993-1998), dan Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri pada periode yang sama.
Sebagai seorang akademisi, Mubyarto dikenal karena ide dan gagasannya mengenai ekonomi kerakyatan. Konsep ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh Mubyarto merupakan perwujudan lebih lanjut dari Ekonomi Pancasila yang pertama kali dicetuskan oleh Bung Hatta. Salah satu implementasi dari ekonomi kerakyatan yang dia inisiasi adalah kebijakan Inpres Desa Tertinggal (IDT).
Kebijakan IDT dirancang untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan hibah dana dari pemerintah kepada masyarakat untuk dikelola. Konsep hibah dana ini kemudian diadopsi dan diperluas dalam berbagai program pembangunan di Indonesia.
Mubyarto meninggal pada 24 Mei 2005 akibat penyakit jantung, dalam usia 67 tahun. Meskipun Mubyarto telah meninggal, kontribusinya terhadap perkembangan dan pembangunan ekonomi di Indonesia terus dikaji dan dikembangkan oleh para penerusnya.
SUKMA KANTHI NURANI | EIBEN HEIZER
Pilihan Editor: Mubyarto: Konglomerat Maunya Utangnya Dibebaskan