TEMPO.CO, Jakarta - Nama Sekretaris Kabinet Pramono Anung tiba-tiba muncul di hari-hari terakhir sebelum PDI Perjuangan memutuskan nama calon Gubernur Jakarta yang diusung dalam Pilkada 2024. Padahal sebelumnya, nama mantan gubernur Anies Baswedan disebut-sebut dapat dukungan untuk mewakili Partai Banteng itu.
Namun pilihan PDIP akhirnya jatuh pada Pramono, yang hampir 10 tahun ini mendampingi Presiden Jokowi sebagai sekretaris kabinet. Politisi senior PDIP ini akan didampingi aktor sekaligus mantan Wagub Banten Rano Karno, yang baru dilantik sebagai anggota DPRD Jakarta.
"Saya terus terang terpanggil untuk bersama-sama dengan Bang Doel (Rano Karno) bekerja dengan sungguh-sungguh dan juga mencoba untuk, kalau diberikan izin dan kesempatan, untuk memperbaiki dan membangun Jakarta," katanya saat mendaftar ke KPU DKI Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2024.
Pramono mengemukakan, banyak pihak yang bertanya mengapa ia akhirnya bersedia maju dalam Pilkada Jakarta. Padahal, ia sendiri mengaku telah "kenyang" pengalaman dari posisi legislatif, yudikatif hingga eksekutif.
"Banyak yang bertanya kepada saya, 'kok Pak Pram mau jadi calon gubernur?', padahal saya ini udah 'kenyang' banget. Menjadi anggota DPR empat kali, pernah menjadi pimpinan DPR, di kabinet dua kali, menjadi sekretaris presiden dan sekretaris wakil presiden. Juga wakil sekjen, sekjen partai, sudah kenyang banget," katanya.
Sekretaris Kabinet di dua periode pemerintahan Presiden Jokowi itu juga mengungkapkan dirinya tidak pernah meminta jabatan, baik kepada Jokowi maupun Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Saya adalah orang yang selama hidup saya betul-betul tidak pernah minta jabatan kepada siapapun termasuk kepada Ibu Mega, termasuk kepada Pak Jokowi. Nggak pernah. Yang saya lakukan hanya kerja keras," katanya.
Menurut Pramono, kerja keras itulah yang membuatnya kini ibarat ketiban pulung karena diusung PDIP menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
"Karena kerja keras itulah yang kemudian kenapa kemudian saya tiba-tiba ketiban pulung untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta," katanya.
Pengusaha Tambang
Pramono Anung, yang lahir di Kediri pada 11 Juni 1963, adalah lulusan Teknik Pertambangan ITB Bandung tahun 1988. Ia kemudian bekerja di pertambangan sebelum akhirnya menjadi Direktur PT. Tanito Harum, Jakarta (1988-1996), dan Direktur PT. Vietmindo Energitama (1988-1996).
Ia tercatat menjadi komisaris perusahaan tambang PT. Yudistira Haka Perkasa (1996-1999), Komisaris PT. Mandira (Mandiri Hana Persada) (1996-1999), dan Komisaris PT. Yudistira Hana Perkasa (1996-1999).
Ketika ramai diberitakan tentang pengelolaan sumur migas Blok Mahakam di Kalimantan Timur, nama Pramono ikut disebut-sebut karena PT Yudistira Bumi Energi menjadi mitra Pemprov Kaltim sebagai pemegang saham atas blok tersebut.
Namun Pramono dalam wawancara dengan Majalah Tempo edisi 6 April 2015, membantah memiliki peran di Yudistira Bumi Energi. Dia mengatakan dulu memang memiliki usaha di sektor pertambangan dan energi di bawah Grup Yudistira.
“Tapi bukan Yudistira yang sama: Yudistira Bumi Bhakti. Saya keluar dari sana pada 1998,” katanya kepada Majalah Tempo.
Pada 1999, Pramono terpilih sebagai anggota DPR dan mempertahankan posisinya dalam 3 pemilu berikutnya, sampai akhirnya ditarik Presiden Jokowi sebagai Sekretaris Kabinet pada 2014.
Anak keduanya, Hanindhito Himawan Pramana, mengikuti jejaknya masuk ke politik dan terpilih sebagai Bupati Kediri pada 2021.
ANTARA | MAJALAH TEMPO
Pilihan Editor Makan Bergizi Gratis Plus Susu Gunakan Pedoman 4 Sehat 5 Sempurna, Pakar: Sudah Kuno