TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mengatakan Industri mebel dalam negeri berpotensi kehilangan US$ 330 juta dengan perpanjangan kuota ekspor rotan.
"Dari total 77 ribu ton akan dibikin furniture senilai US$ 300 juta. Ini pasar yang lepas, padahal mereka ambil bahan baku dari kita," ujarnya saat dihubungi, Selasa (4/8).
Pemerintah, Hatta melanjutkan, dinilai tidak memiliki strategi panjang untuk mendukung industri pengolahan rotan dalam negeri dengan kembali membuka keran ekspor rotan. "Industri rotan sudah dalam kondisi sunset, harus ada strategi jangka panjang atau tidak akan tertolong," tambah Hatta.
Perkembangan industri mebel rotan Indonesia turun drastis dari tahun ke tahun dan jika dibandingkan dengan total produksi 5 tahun lalu, hingga sekarang hanya tinggal 25 persen. "Angkanya tidak ada yang pasti, tapi cukup besar," kata dia.
Bila kondisi ini terus dibiarkan, Hatta memprediksi Indonesia tidak lagi mampu mengekspor barang jadi rotan, karena kalah bersaing dengan produk mebel rotan asal Cina dan Vietnam yang dijual dengan harga murah. "Padahal mereka mendapatkan bahan baku dari kita, Indonesia bisa beralih hanya jadi pengekspor bahan baku," ujar Hatta.
Pemerintah seharusnya lebih mendukung penciptaan tenaga kerja di dalam negeri dengan mengurangi bahkan menutup ekspor rotan. Sebab rotan bukan komoditas biasa, tapi komoditas strategis karena hanya Indonesia yang punya. "Harusnya bisa dikendalikan," tambah Hatta.
VENNIE MELYANI