TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara atau RAPBN 2025, ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh 5,2 persen. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan angka tersebut masih standar.
Menurut dia, jika ingin menyasar capaian keluar dari negara berpendapatan menengah, target bisa dinaikkan, misalnya 8 persen, seperti yang disebutkan presiden terpilih Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan. “Sebetulnya, kalau target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, itu tidur saja bisa 5 persen,” kata dia ketika dihubungi Jumat, 16 Agustus 2024.
Esther yakin Indonesia bisa mencapai angka pertumbuhan lebih dari 5 persen. Syaratnya, pemerintah mampu mengaktifkan penggerak ekonomi lain, bukan hanya konsumsi rumah tangga. Selama ini pendorong adalah konsumsi, seharusnya investasi hingga nilai ekspornya juga dinaikkan, sehingga pemerintah punya anggaran dan pengeluaran bisa lebih banyak.
Target penurunan kemiskinan juga dinilai masih datar. Angka kemiskinan pada masa kepemimpinan presiden selanjutnya ditargetkan turun hingga 7 persen. Saat ini angka kemiskinan Indonesia adalah 9,36 persen.
Pada awal Jokowi menjabat di tahun 2015, angka kemiskinan Indonesia berada di kisaran 11,22 persen. “Jadi targetnya kurang menantang, karena 10 tahun Jokowi jadi presiden turunnya hanya 2 persen,” ujarnya.
Target yang dipaparkan Presiden Jokowi dalam pembacaan nota keuangan menurut Esther sudah bagus, yakni keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap. Jokowi mengatakan masalah itu dapat diatasi salah satunya dengan memanfaatkan bonus demografi.
Namun ia menilai saat ini belum terlihat fokus pemerintah untuk pengembangan sumber daya manusia. “Memanfaatkan bonus demografi artinya jumlah angkatan kerja naik, kalau tidak di-upgrade skill, kualitas pendidikan tidak akan lebih baik, bisa jadi boncos demografi,” ujarnya.
Dalam pembacaan nota keuangan di DPR pada Jumat, 16 Agustus 2024, Presiden Jokowi memaparkan target pertumbuhan ekonomi diputuskan 5,2 persen karena kondisi ekonomi global yang masih relatif stagnan. Sementara pertumbuhan ekonomi RI akan lebih bertumpu pada permintaan domestik. “Sehingga, daya beli masyarakat akan dijaga ketat, dengan pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan subsidi,” kata Jokowi.
Pemerintah juga telah menetapkan target lain pada 2025, yakni menekan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,5–5 persen. Rasio gini disasar dalam kisaran 0,379–0,382 dan Indeks Modal Manusia (IMM) diharapkan pada level 0,56. Nilai Tukar Petani (NTP) diharap pada kisaran 115–120 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dijaga sekitar 105–108.
Pilihan Editor: Menteri PUPR: Pembangunan Masjid Negara di IKN Capai 18,7 Persen