Riefky menuturkan, The Fed yang saat ini mengambil sikap lebih dovish membuat arus modal masuk ke pasar negara berkembang. Rupiah terpantau mulai terapresiasi atau menguat selama beberapa pekan terakhir. Berdasarkan analisis LPEM FEB UI, rupiah telah menguat 2,23 persen selama sebulan terakhir. Senin, 15 Juli 2024 nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 16.170 per dolar AS.
Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga meningkat sekitar US$ 1,2 miliar. Cadangan devisa pada Mei tercatat US$ 138,97 miliar naik menjadi US$ 140,18 miliar pada Juni 2024.
Riefky mengatakan, Indonesia memasuki paruh kedua 2024 dengan kondisi inflasi dan eksternal yang relatif lebih baik. Namun, beberapa kejadian sebelumnya menunjukkan kondisi finansial global sangat bergantung pada persepsi investor terhadap arah kebijakan The Fed dan persepsi ini sangat berfluktuasi.
Dari aspek inflasi, Indonesia telah melewati tekanan besar pada tingkat harga yang diakibatkan oleh beberapa faktor musiman dan kemunculan El Nino. Namun, beberapa lembaga iklim memproyeksi kemungkinan terjadinya La Nina di kuartal III 2024 yang dapat mengganggu produksi pertanian. Hal ini berpotensi memicu tekanan harga pangan.
"Oleh sebab itu, BI perlu tetap waspada dalam merumuskan bauran kebijakannya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat harga domestik," tuturnya.
Pilihan Editor: Pembangunan IKN Molor, Jokowi: Karena Hujan Deras