Airlangga menyebutkan beberapa kerja sama yang sudah berjalan, seperti perluasan pabrik petrokimia Lotte dan pembangunan klaster baja Krakatau Steel-Posco. Di sisi lain, terdapat beberapa kesepakatan kerja sama yang masih perlu didorong untuk segera diimplementasikan. Kedua Menteri juga membicarakan kerja sama pembangunan ekosistem kendaraan listrik melalui investasi Hyundai dan LG Energy Solution di Indonesia.
“Saya berharap, ekosistem kendaraan listrik bisa lebih dalam. Mohon bantuan untuk berbicara dengan Amerika agar Undang-Undang Inflation Reduction Act (IRA)-nya bisa membuka pasar bagi produk dari kerja sama antara LG dan Hyundai untuk masuk ke pasar Amerika,” ujar Airlangga kepada Menteri Ahn Duk Geun.
Pada momen yang sama, Korea Selatan juga menyampaikan peluang kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN melalui Korea Atomic Energy Research Institute yang telah mengembangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR). Pengembangannya didesain aman dan menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan reaktor konvensional. Reaktor modular nuklir skala kecil itu disebut menjadi solusi alternatif untuk memasok energi listrik, terutama di daerah-daerah terpencil atau terisolasi.
“Pada pertemuan JCEC ke-3 tahun ini merupakan giliran Indonesia menjadi tuan rumah. Jadi, pada kesempatan ini kami mengundang Menteri Ahn Duk Geun untuk melakukan pertemuan JCEC pada bulan Juli di Jakarta,” kata Airlangga.
Pilihan Editor: Ombudsman RI Minta Status PSN Rempang Eco-city Dievaluasi karena Mayoritas Warga Menolak