TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kementeriannya sedang berdiskusi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM soal rencana izin ekspor konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia.
"Kita sedang bicara dengan Menteri ESDM, nanti parameternya apa yang digunakan untuk mulai ekspor lagi," katanya ditemui di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa, 30 April 2024.
Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa kementeriannya saat ini lebih memfokuskan target commercial operation date atau COD smelter Freeport terlebih dahulu. Setelah target itu tercapai, ujarnya, Kementerian BUMN bakal meminta penilaian dari Kementerian ESDM untuk memberikan lisensi kepastian izin ekspor.
"Yang penting kami komitmen dengan target COD dulu, setelah itu baru minta assessment dari Kementerian ESDM kapan boleh ekspor lagi," ucapnya.
Tiko mengaku sudah meyakinkan Kementerian ESDM ihwal penggarapan proyek Smelter di Gresik, Manyar, Jawa Timur. Menurut dia, proyek smelter itu bakal rampung dan bisa beroperasi pada Mei 2024.
"Mei ini kami mulai operasi di Manyar. Setelah itu baru akan bicara lagi kapan mulai izin ekspor lagi," kata Tiko.
Sebelumnya, pemerintah melarang ekspor sejumlah mineral mentah mulai 10 Juni 2023 untuk mendorong peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri. Tapi peraturan ini dikecualikan untuk empat perusahaan yang sudah menyelesaikan separuh konstruksi smelter. Freeport salah satunya.
Freeport boleh mengekspor konsentrat tembaga sampai 31 Mei 2024 dengan denda sebesar 20 persen dari nilai total penjualan mineral mentah ke luar negeri setiap periode. Freeport juga harus membayar bea keluar sebesar 7,5 persen. Denda dan bea keluar ini sempet diprotes oleh Freeport karena menganggap progres smelter mereka sudah sesuai rencana.
Adapun konstruksi smelter Freeport di Gresik dimulai pada 2018. Pabrik ini digadang dapat mengolah konsentrat 1,7 juta ton per tahun dan memproduksi 600 ton katoda tembaga per tahun.
Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengungkap progres proyek smelter tembaga di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur telah mencapai 94 persen. Tony menjelaskan, pembangunan smelter direncanakan rampung pada Mei mendatang sehingga dapat beroperasi pada Juni.
Proyek pemurnian tembaga itu merupakan bagian dari percepatan hilirisasi tambang yang dicanangkan pemerintah. Ia menilai bahwa izin ekspor ini penting diperpanjang.
“Kalau kita enggak bisa ekspor penerimaan negara juga akan berkurang sekitar US$ 2,2 miliar dengan harga sekarang,” kata Tony.
Pilihan Editor: Harga Pangan Diklaim Normal, Zulhas: Kalau Terlalu Murah Petaninya Bangkrut