Dugaan penyebab ambrolnya Tol Bocimi juga diungkap oleh Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Adrin Tohari. Peneliti BRIN ini menduga sistem drainase Tol Bocimi tak sanggup menampung limpasan air hujan. Hal itu kemudian menjadi pemicu longsor.
"Saya menduga saluran air di sisi kiri badan jalan (sisi luar) tidak mencukupi atau tidak mampu untuk menampung limpasan air hujan dari badan jalan," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 4 April 2024.
Adrin menjelaskan limpasan air hujan meluber ke bagian lereng dan menyebabkan terjadi penjenuhan pada badan jalan. Jika sudah ada penjenuhan, kondisi itu bisa menyebabkan kekuatan tanah menjadi berkurang dan menimbulkan longsor.
Terbentuknya Aliran Air Tanah
Lebih lanjut, Adrin mengungkapkan ada faktor lain yang menjadi penyebab longsor di Tol Bocimi yaitu karena terbentuknya aliran air tanah di kaki lereng akibat hujan yang cukup lebat. Faktor ini sering terjadi, terutama pada lereng yang telah terkupas atau lereng yang dibangun kembali. Aliran air ini dapat mengganggu stabilitas kaki lereng, sehingga memicu terjadinya longsoran.
"Dua faktor itu yang perlu dilihat terkait dengan sistem drainase yang ada di badan jalan. Apakah sistem drainase permukaan (selokan) atau drainase bawah permukaan (pipa-pipa pengalir atau gorong-gorong) sudah efektif didesain atau tidak?" kata Adrin.
Oleh karena itu, dia menyampaikan bahwa perkerasan konstruksi sangat penting, terutama jalan yang berada pada lokasi tanah timbunan. Metode perkerasan menggunakan geotekstil membantu supaya lereng menjadi kuat.