Ibrahim menyatakan peningkatan inflasi pada Maret 2024 utamanya didorong oleh inflasi harga bergejolak. Khususnya harga makanan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di sisi penawaran dan permintaan.
Selain itu, pasokan bahan makanan domestik juga terus terganggu akibat dampak El Nino yang masih berlangsung. Meskipun, sudah berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara itu, permintaan bahan makanan meningkat karena dampak musiman dari bulan Ramadan. "Ada potensi berlanjutnya risiko inflasi jangka pendek, terutama pada April 2024 yang bertepatan dengan momentum Idul Fitri."
Menurut Ibrahim, risiko inflasi terkait harga pangan akan berkurang seiring dengan berkurangnya efek El-Nino pada semester II 2024. Namun, tekanan inflasi pada semester II 2024 dapat muncul dari inflasi inti akibat penerapan cukai plastik dan minuman kemasan berpemanis.
Sementara dari faktor eksternal, Ibrahim menyebut ada sejumlah sentimen. Pertama, karena beberapa pejabat The Fed memperingatkan bahwa bank sentral dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan kekuatan pasar tenaga kerja.
Selain itu, terkait dengan gempa bumi di Taiwan yang menghancurkan infrastruktur dan pabrik-pabrik pembuat chip terkemuka, hingga memicu peringatan tsunami di beberapa bagian wilayah Jepang.
Pilihan Editor: Longsor di Tol Bocimi, Bina Marga PUPR Sebut Penanganan Permanen Digarap Pasca Libur Lebaran