TEMPO.CO, Bangka - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri menemukan kelangkaan beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) saat melakukan pengecekan harga dan ketersediaan bahan pokok di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kepala Tim Satgas Pangan Mabes Polri Wilayah Bangka Belitung Komisaris Besar Achmad Yanuar Insan mengatakan kelangkaan beras SPHP disebabkan proses pengemasan di Badan Urusan Logistik (Bulog) Bangka Belitung.
"Beras SPHP didistribusikan ke Bangka Belitung melalui kemasan 50 kilogram. Sampai disini dikemas lagi ke kemasan 5 kilogram. Masalahnya pengemasan dilakukan manual bukan pakai mesin. Jadi membutuhkan waktu banyak," ujar Achmad Yanuari Insan kepada wartawan usai pengecekan di Pasar Kite Sungailiat Bangka, Rabu, 27 Maret 2024.
Yanuari menuturkan pihaknya sudah meminta Bulog untuk segera mendistribusikan beras SPHP karena saat ini sedang ditunggu dan dibutuhkan masyarakat.
"Penjelasan mereka dalam satu dua hari ini akan segera didistribusikan. Jadi persoalan hanya pengemasan yang membutuhkan waktu. Kalau secara umum, untuk ketersediaan aman hingga dua bulan kedepan," ujar dia.
Untuk harga beras premium, kata Yanuari, saat ini stok cukup aman dan harga sudah mengalami penurunan di kisaran harga Rp 14 ribu hingga Rp ribu per kilogram. Hal tersebut, kata dia, dipengaruhi oleh relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dari pemerintah.
"Secara nasional juga ada penurunan dimana pusat gencar turun ke wilayah dan pengaruh relaksasi HET. Sebelumnya pedagang khawatir kalau menjual diatas HET akan bermasalah dengan hukum sementara dijual dibawah HET mereka rugi. Relaksasi ini akan diperpanjang hingga 24 April 2024," ujar dia.
Sedangkan untuk ketersediaan 12 bahan pokok di Bangka Belitung, Yanuari mengatakan masih aman hingga saat ini. Untuk harga, kata dia, cenderung fluktuatif meski ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan.
"Kenaikan terjadi untuk cabai, bawang merah dan daging sapi. Tapi masih dalam batas kewajaran. Untuk cabai dan bawang dipengaruhi distribusi karena Bangka Belitung bukan daerah sentra produksi sehingga pasokan didatangkan dari luar. Selain itu, ada juga proses pengapalan di Pelabuhan Pangkalbalam yang dipengaruhi pasang surut air laut," ujar dia.
Pedagang Pasar Kite Sungailiat, Syarifuddin mengatakan beras SPHP sudah hampir satu bulan tidak masuk lagi ke pedagang sehingga masyarakat terpaksa memilih beras premium meski dibandrol dengan harga lebih tinggi sedikit.
"Kalau stok beras tidak ada masalah. Hanya beras SPHP saja yang tidak ada lagi sejak satu bulan terakhir. Banyak pembeli yang menanyakan beras ini. Karena tidak ada, mereka membeli premium," ujar dia.
Syarifuddin menambahkan kekhawatiran pedagang saat ini lebih pada sepinya pembeli. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, kata dia, transaksi perdagangan di pasar masih sepi dan jauh dari normal.
"Memang semenjak timah ini anjlok dan ada kabar kasus hukum, banyak yang stop menambang. Imbasnya ke penurunan daya beli masyarakat. Meski stok barang lancar dan harga bagus, tapi pembeli tetap sepi. Biasanya hari begini sudah ramai," ujar dia.
Pilihan Editor: Jokowi Terbitkan Aturan Pencairan THR dan Gaji Ke-13 untuk PNS, Berikut Regulasi dan Besaran Tiap Golongan