TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan pemerintah sudah melakukan pencarian utang sebesar Rp 72 triliun per 15 Maret 2024. Angka ini turun dari penarikan utang tahun lalu pada periode yang sama sebesar 60 persen.
Sri Mulyani mengatakan pembiayaan utang didominasi oleh surat berharga negara atau SBN sebesar Rp 70,2 triliun. Dengan demikian, pembiayaan utang dari SBN 10,5 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan yakni Rp 666,4 triliun.
"Angka ini kalau dibandingkan tahun lalu pada 2015 Maret maka pembiayaan utang kita turun tajam," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta pada Senin, 25 Maret 2024.
Tahun lalu, pembiayaan utang mencapai Rp 181,4 triliun. Bahkan, kata Sri Mulyani, untuk SBN netonya mencapai Rp 169,5 triliun. Sehingga, pembiayaan utang turun 60,3 persen. Untuk SBN netonya juga sangat tajam, yaitu 58,6 persen.
Sri Mulyani menyebutkan realisasi pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman nilainya sebesar Rp 1,9 triliun. Angka ini melampaui pagu anggaran yang disiapkan pemerintah, yakni negatif Rp 18,4 triliun. Karena itu dia menilai realisasi sampai 15 Maret masih relatif dalam posisi yang baik.
Kedepannya, pemerintah akan melakukan penarikan utang dengan mempertimbangkan beberapa hal. Khususnya, kondisi pasar uang dan obligasi yang ia nilai pergerakannya sangat dipengaruhi sentimen global.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga menekankan strategi pembiayaan utang akan dilakukan secara fleksibel dan oportunistik. Langkah tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek timing, sizing, tenor, bauran instrumen, dan bauran mata uang. Dengan strategi ini, ia berharap APBN dapat tetap terjaga di tengah dinamika global dan nasional yang sedang tinggi.
Pilihan Editor: Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri Harus Lapor ke Bea Cukai, Sri Mulyani Buka Suara