TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman khawatir soal hasil produksi padi sepanjang Juni hingga Oktober 2024. Sebab, ia memprediksi hasil produksi komoditas itu pada Februari tahun ini lebih rendah dibandingkan periode 2019 hingga 2023 lalu.
Apalagi harga beras telah melonjak 56 persen akibat pasokan merosot. Menurut dia, hal itu terjadi lantaran fenomena cuaca ekstrem El Nino mengganggu hasil panen di Tanah Air.
"Sehingga kami anggap ini menjadi darurat pangan yang harus segera dicarikan solusi," ujar Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Rabu, 13 Maret 2024.
Amran menyebutkan produksi beras pada 2021 sebesar 31,54 juta ton, kemudian 2022 turun menjadi 31,1 juta ton, lalu pada 2023 semakin merosot menjadi 31 juta ton. Untuk mengantisipasi berlanjutnya penurunan produksi beras pada 2024, Kementan melakukan berbagai upaya peningkatan produksi beras.
Tahun ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi beras ditargetkan sebesar 32 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 7,74 triliun untuk mendukung program akselerasi peningkatan produksi padi dan jagung.
Kementerian Pertanian juga akan mengembalikan aloakasi pupuk subsidi sebanyak 9,55 juta ton. Pengambilan pupuk subsidi ini, kata dia, boleh menggunakan kartu tanda penduduk (KTP).
Dua menyebutkan alokasi pupuk subsidi 5 tahun terakhir menurun dibanding 2004-2018 lalu yang mencapai 9,55 juta ton. Bahkan, menurut dia, pada 2024 alokasinya hanya 4,73 juta ton atau menurun 50 persen.
Pemerintah juga akan memperluas area tanam pompanisasi air sungai di 11 provinsi untuk lahan sawah. Perluasan akan dilakukan di Pulau Jawa seluas 500 ribu hektar dan 500 ribu hektare di luar Pulau Jawa.
Amran menyatakan, Kementerian juga bakal melakukan optimalisasi lahan rawa untuk menambah luas areal penanaman padi. Optimalisasi lahan rawa akan dilakukan di 10 provinsi dengan lahan seluas 400 ribu hektare.
Pilihan Editor: Hati-hati Beras Oplosan, Ini Cirinya