TEMPO.CO, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) resmi menjual 14 persen sahamnya pada MIND ID dengan nilai Rp 3.050 per saham. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir memastikan, selain menjadi pemegang saham mayoritas, MIND ID juga mendapat hak pengendali operasi di PT Vale Indonesia Tbk usai divestasi. Meskipun bukan hak pengendali utama.
"Kita join operation," ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Senin, 26 Februari 2024.
MIND ID, holding BUMN pertambangan, baru saja menandatangani perjanjian pembelian saham Vale Indonesia sebesar 14 persen, menjadikannya sebagai pemilik 34 persen saham. Saham itu ditebus dari dua pemegang saham Vale Indonesia, yaitu Vale Canada Limited dan Sumitomo. Akuisisi ini menjadikan pemerintah Indonesia lewat MIND sebagai pemilik mayoritas di Vale Indonesia (INCO). Sebelumnya Vale Indonesia sudah mendivestasikan 20 persen sahamnya ke publik dan 20 persen ke MIND.
Sebagai mayoritas, MIND ID punya peluang untuk jadi pengendali operasi. Namun pemerintah memilih bekerja sama melanjutkan operasi di Vale dengan pemegang saham lainnya, yaitu Vale Canada Limited. Nantinya pemerintah bakal menempatkan penjabat MIND ID sebagai Chief Executive Officer dan Director of Human Resources di Vale Indonesia.
Peran pengendali ini krusial di mata sejumlah pihak. Menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan Bisman Bachtiar, kekuasaan tersebut sangat penting. Pengendali operasi punya akses terhadap keputusan strategis perusahaan untuk mengembangkan bisnis. Terlebih jika mempertimbangkan status Vale Indonesia sebagai produsen nikel terbesar di Indonesia. Kehadiran Vale penting untuk mendukung ambisi pemerintah mendirikan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
"Hak pengendali operasi juga merepresentasikan wujud dari amanat penguasaan negara atas sumber daya alam," ujarnya kepada Tempo, Ahad, 25 Februari 2024. Dia merujuk pada Ayat 3 Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam di dalamnya.
Peneliti dari Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, juga memandang urusan pengendali operasi ini yang penting dalam divestasi Vale Indonesia. Indonesia bisa dapat pengetahuan mengenai cara mengelola tambang nikel hingga mengolahnya. Perusahaan bahkan sudah menyiapkan investasi total US$ 9 miliar untuk mendirikan dua smelter RKEF di Sorowako, Sulawesi Selatan dan di Bahodopi, Sulawesi Tengah serta satu smelter HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
"Jadi kita bukan cuma terima dividen. Masak mau begitu terus," kata Ferdy.
VINDRY FLORENTIN
Pilihan Editor: Hasil Pilpres Belum Resmi tapi Makan Siang Gratis Sudah Dibahas Jokowi, SMI: Dihitung Sebulan ke Depan