TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 18 poin ke level Rp 15.764 per dolar AS pada perdagangan Kamis sore, 1 Februari 2024.
Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah bergerak fluktuatif tapi ditutup melemah di kisaran Rp 15.780 hingga Rp 15.840 per dolar AS pada perdagangan besok.
Dalam riset hariannya, Ibrahim menyoroti Bank Indonesia yang memberi sinyal adanya peluang menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI-Rate. Bank Indonesia, juga memprediksi adanya peluang Bank Sentral Amerika Serikat alias The Fed menurunkan suku bunga atau atau Fed Funds Rate (FFR) pada paruh kedua tahun ini.
“Meski masih dibayangi ketidakpastian, kondisi fundamental ekonomi terjaga,” kata Ibrahim dalam riset hariannya, Kamis. Dia menjelaskan, inflasi masih terjaga dan neraca perdagangan tercatat surplus.
Sementara dari faktor eksternal, kata Ibrahim, The Fed meremehkan pertaruhan penurunan suku bunga lebih awal. “Pasar sekarang melihat adanya penurunan pada bulan Mei,” tuturnya.
Ketua The Fed, Jerome Powell, juga sempat mengatakan bahwa kekakuan inflasi baru-baru ini akan menghalangi bank sentral untuk melakukan pelonggaran moneter dalam waktu dekat. “Hal ini membuat sebagian besar pedagang mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga paling lambat pada Maret 2024,” kata dia.
Namun, Powell masih mencatat sejumlah kemajuan dalam perjuangan bank sentral melawan inflasi dan juga berlanjutnya ketahanan perekonomian Amerika Serikat.
Menurut Ibrahim, para pedagang juga memperhitungkan anggapan bahwa penundaan suku bunga The Fed akan menyebabkan bank tersebut melakukan pelonggaran moneter secara lebih agresif pada tahun 2024, yang mengarah pada penurunan suku bunga yang lebih dalam.
Sementara alat CME Fedwatch, menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 60 persen untuk penurunan 25 basis poin pada bulan Mei mendatang.
Pilihan Editor: BI Racik 5 Jamu di Kebijakan 2024: Fokus Menguatkan Kurs Rupiah