Lebih lanjut, penggunaan model credit scoring ini dapat meningkatkan approval dan menjaga resiko, sehingga credit scoring dapat menjangkau penyaluran kepada UMKM yang unbankable atau tidak dapat mengakses pembiayaan bank. “Jadi meningkatkan perluasan distribusi KUR,” kata Yulius.
Selain itu, credit scoring akan dilengkapi dengan data-data alternatif yang menggambarkan behavior UMKM tersebut secara lebih tepat, sehingga meningkatkan kepercayaan perbankan dan dapat memberikan pinjaman tanpa perlu agunan tambahan.
Adapun data-data alternatif tersebut, yakni data jaminan sosial (BPJS), data penggunaan listrik, data transaksi e-commerce, data media sosial, data perpajakan, dan data lain tersedia dari Sistem Satu Pintu (SSO).
Penggunaan data alternatif dalam credit scoring, kata Yulius, juga dapat meningkatkan prediksi risiko gagal bayar untuk nasabah baru yang belum pernah akses kredit perbankan.
Saat ini, beberapa Bank dan Fintech sudah menggunakan credit scoring untuk menambahkan penyaluran kredit kepada konsumen, namun masih belum optimal.
Untuk meningkatkan penyaluran KUR, Fintech dan Koperasi akan didorong untuk lebih aktif menjadi penyalur pinjaman KUR kepada UMKM.
Pilihan Editor: Pengamat Energi Respon Positif Program Kompor Listrik, tapi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah