TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membagikan rice cooker gratis atau penanak nasi sebanyak 342.621 unit ke rumah tangga (RT) sasaran. Angka tersebut sudah 68,5 persen dari yang ditargetkan sebanyak 500 ribu unit pada 2023.
Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Jisman P. Hutajulu, pembagian terbanyak di Jawa-Bali mencapai 56,30 persen dari target atau sebanyak 192.890 unit. Sumatera menyusul dengan realisasi 17,82 persen atau 61.040 unit, Kalimantan sebesar 10,30 persen atau 35.307 unit, Sulawesi 10,70 persen atau 36.648 unit, Nusa Tenggara 2,18 persen atau 7.459 unit, Maluku 1,65 persen atau 5.640 unit, dan paling sedikit Papua 1,06 persen atau 3.637 unit.
"Jawa-Bali paling banyak (pendistribusiannya) karena menyangkut kesiapan listrik. Demand-nya (kebutuhan listrik) kan besar. Satu unit itu 300-350 watt," kata Jisman dalam konferensi pers di Kantor Dirjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024.
Menurut Jisman, Jawa-Bali menjadi sasaran terbanyak karena di wilayah tersebut kapasitas listriknya berlebih. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan program pembagian rice cooker untuk menyerap kapasitas listrik tersebut. Selain itu, program rice cooker ini juga dilakukan untuk mengurangi konsumsi LPG 3 kilogram yang berasal dari impor. Sasaran program rice cooker gratis pun divalidasi melalui pemerintah desa agar tepat sasaran.
"Harus ada surat pernyataan menggunakan LPG 3 kg," kata Jisman.
Program bantuan rice cooker diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023. Ada lima merk rice cooker yang dibagikan, yakni Cosmos, Maspion, Miyako, Sanken, dan Sekai. Penanak nasi elektrik yang didistribusikan berkapasitas 1,8 hingga 2,0 liter dan berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) dan hemat energi, serta memenuhi ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Namun demikian, sejumlah pihak mengkritik program dadakan pemerintah tersebut. Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Kurniasih Mufidayati mengkritik bahwa program tersebut tidak menjawab kebutuhan masyarakat.
"Saat ini yang lebih dibutuhkan emak-emak (ibu rumah tangga) adalah harga pangan murah dan terjangkau, alih-alih bantuan alat memasak listrik yang memakan anggaran besar," kata Kurniasih pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Pengamat energi dari Universitas Indonesia Iwa Garniwa mengatakan rice cooker sudah menjadi alat memasak yang umum digunakan masyarakat. Sehingga menurutnya, program ini tidak akan signifikan dalam mengurangi kelebihan pasokan listrik.
“Bagaimana bisa meningkatkan konsumsi listrik jika masyarakat sudah banyak menggunakannya?” kata Iwa kepada Tempo, Rabu, 18 Oktober 2023.
Sebelumnya Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Hutajulu mengklaim peyediaan 500 ribu alat memasak listrik ini berpotensi meningkatkan konsumsi listrik sekitar 140 GWH atau setara kapasitas pembangkitan 20 MW. Ia juga mengklaim program tersebut menghemat elpiji sekitar 29 juta kilo atau setara 9,7 juta tabung elpiji 3 kg. Kementerian telah menganggarkan Rp 347,5 miliar untuk pengadaan 500.000 rice cooker yang akan dibagikan secara gratis kepada warga miskin tersebut.
RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: KCIC Targetkan Masinis Lokal Bisa Kemudikan Kereta Cepat Whoosh Dalam Dua Tahun