“Terkait dengan RBB tersebut, OJK akan melakukan prudential meeting dengan masing-masing bank untuk melakukan fine tuning terhadap RBB,” kata Dian. Hal ini bertujuan agar kontribusi perbankan bagi perekonomian nasional semakin meningkat.
Dian juga menyebutkan OJK bakal mempertimbangkan faktor-faktor lain proyeksi perkembangan kondisi makro ekonomi secara global dan domestik. Dengan kondisi makro domestik yang diperkirakan masih terjaga baik di tahun 2024, serta kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang juga diproyeksikan tetap tumbuh dengan sehat, maka Loan to deposit ratio (LDR) diperkirakan berada pada rentang 84-86 persen.
OJK pun memperkirakan risiko kredit relatif terjaga dengan non-performing loan (NPL) gross sekitar 2-2,5 persen. Tingkat profitabilitas perbankan diproyeksikan melanjutkan pertumbuhan positif dengan laba bersih dapat meningkat sekitar 9-10 persen secara year on year, dan capaian Net Interest Margin (NIM) perbankan diperkirakan berada di rentang 4-5 persen.
Hal tersebut didukung oleh tingkat profitabilitas atau Return on Assets (ROA) dan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang relatif tinggi pada November 2023, masing-masing sebesar 2,73 persen dan 27,89 persen secara year on year (yoy).
Dari sisi kinerja intermediasi, pada November 2023 kredit meningkat sebesar Rp618,43 triliun atau tumbuh sebesar 9,74 persen (yoy), lebih tinggi dibanding Oktober 2023 sebesar 8,99 persen (yoy), sehingga menjadi sebesar Rp 6.965,9 triliun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 10,14 persen (yoy).
Ditinjau dari kepemilikan bank, bank badan usaha milik negara (BUMN) menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 12,13 persen dengan porsi kredit sebesar 45,81 persen dari total kredit perbankan.
DEFARA DHANYA | ANTARA
Pilihan Editor: Bos OJK Ungkap Kondisi Sektor Keuangan RI di Tengah Perlambatan Ekonomi Global