TEMPO.CO, Jakarta - Bandar Udara Frans Seda Maumere, yang terletak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur harus ditutup sementara karena alasan keselamatan penerbangan. Penyebabnya adalah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur yang terjadi sejak 1 Januari 2024.
“Penutupan bandara ini karena aspek keselamatan penerbangan, akan dibuka kembali setelah tidak terdampak abu vulkanik dan tidak membahayakan penerbangan,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Pehubungan, Maria Kristi Endah Murni lewat keterangan tertulis pada Kamis, 4 Januari 2023.
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) pergerakan abu vulkanik masih menutupi Bandara Fransiskus Xaverius Seda Maumere Kabupaten di Kabupaten Sikka. Untuk itu AirNav Indonesia/ Perum LPPNPI berdasarkan perkembangan terkini sudah mengeluarkan Notice to Airmen (NOTAM) nomor C0022/24 NOTAMR C0017/24.
Demikian pula walaupun hasil paper test yang dilakukan di bandara menunjukkan hasil negatif. Tetapi karena berdasarkan laporan dari SIGMET BMKG yang menunjukan pergerakan abu vulanik masih menutupi Bandara Frans Seda, sehingga bandara harus ditutup sementara.
Kristi menuturkan pihaknya telah memerintahkan Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV Bali dan Kepala UPBU Frans Seda Maumere untuk intensif melakukan monitoring dan pengawasan perkembangan situasi erupsi gunung. “Agar aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan terpenuhi," tutur dia.
Seperti yang terjadi sebelumnya di Bandara Internasional Minangkabau Padang beberapa waktu lalu, Kristi kembali menghimbau kepada maskapai penerbangan untuk memberikan kompensasi kepada penumpang yang telah membeli tiket. Termasuk opsi full refund, reschedule, ataupun re-route ke bandara terdekat jika bangku masih tersedia.
“Hal ini diharapkan dapat membantu penumpang yang terkena dampak penutupan bandara,” ucap Kristi.
Dia juga menjelaskan dampak erupsi Gunung Lewatobi Laki-laki terhadap operasional penerbangan di Bandara Fransiskus Xaverius Seda Maumere pada 4 Januari 2024. Di antaranya yaitu terjadinya pembatalan 6 (enam) penerbangan Wings Air rute Kupang (KOE) dan Ujung Pandang (UPG).
Sementara itu bandara terdekat seperti Bandara Gewayantana di Larantuka dan Bandara Wunopito di Lewoleba berdasarkan perkembangan terkini, operasional masih berjalan normal.
Kristi juga menjelaskan mengenai upaya penanganan erupsi gunung berapi serta penanganan dampak abu vulkanik terhadap operasi keselamatan penerbangan. Di mana sudah diatur berdasarkan Surat Edaran nomor SE 15 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Penerbangan pada Keadaan Force Majeure serta Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 153 Tahun 2019 tentang Tata Cara dan Prosedur Collaborative Decision Making (CDM) Penanganan Dampak Abu Vulkanik terhadap Operasi Penerbangan melalui Integrated Web Based Aeronautical Information System Handling (I-WISH).
Sehingga penanganan force majeure erupsi gunung merapi mengacu pada kedua surat tersebut sebagai pedoman pelaksanaan. Sistem ini, Kristi berujar, sangat berguna untuk penanganan kondisi kahar seperti erupsi gunung sehingga masing-masing pihak sudah paham untuk melakukan dan mengambil tindakan.
“Kami berharap semoga operasional bandara kembali normal dan dibuka setelah dinyatakan tidak terdampak,” kata Kristi.
Pilihan Editor: Ada Debu Vulkanik Erupsi Gunung Lewotobi, Penerbangan Maumere Masih Ditutup