TEMPO.CO, Jakarta - Juru Kampanye Trend Asia Arko Tarigan menyebut insiden ledakan tungku smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Sulawesi Tengah pada Minggu, 24 Desember 2023, bukan insiden pertama. Ia juga mengatakan kecelakaan kerja serupa tidak hanya terjadi di Kawasan Morowali.
"Kecelakaan kerja itu terjadi di berbagai kawasan dan berbagai smelter di Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube PBHI Nasional, Minggu, 24 Desember 2023.
Arko mengatakan, sepanjang 2015 hingga 2022, Trend Asia mencatat 53 orang pekerja smelter menjadi korban jiwa dalam kecelakaan kerja di industri nikel. Sebanyak 40 orang merupakan tenaga kerja Indonesia, sedangkan 13 lainnya merupakan tenaga kerja asing (TKA) Cina.
"Dari pemantauan terbaru hingga September 2023, di semua kawasan menunjukkan ada 19 kejadian kecelakaan smelter, dengan jumlah korban 16 orang dan 37 orang terluka," kata Arko. "Di antaranya ada 5 orang TKA Cina, dengan rincian 4 terluka dan 1 meninggal."
Arko pun menyayangkan insiden nahas justru terjadi di kawasan yang menjadi proyek strategis nasional (PSN) pemerintah. Apalagi, proyek hilirisasi itu digadang-gadang pemerintahan era Presiden Jokowi bakal memberi dampak baik. Hilirisasi nikel juga disebut-sebut untuk mendukung transisi energi.
"Kita harus melihat bagaimana sebenarnya hilirisasi ataupun transisi energi mendapat karpet merah, tapi yang di hulu berdarah-darah," kata Arko.
Pemerintah memang menyebut hilirisasi nikel menjadi bagian dari upaya transisi energi. Hal ini karena hilirisasi didorong untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Bahkan, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas pernah mengatakan Indonesia mampu menjadi negara pusat mobil dan motor listrik karena memiliki bahan baku baterai yang melimpah.
"EV (kendaraan listrik) yang ada di jalan sekarang, di komponen baterainya ada darah orang-orang seperti yang terjadi di Morowali," ujar Arko. "Jadi, transisi energi yang dikatakan selama ini, membawa pembaruan atau kesengsaraan bagi orang-orang terdampak?"
Sebelum insiden di PT ITSS, kecelakaan kerja di industri nikel memang kerap terjadi di smelter lain. Pada Desember tahun lalu, misalnya, dua orang pekerja meregang nyawa lantaran terbakar di smelter milik PT Gunbuster Nickel Indonesia (GNI). Sementara itu, insiden teranyar di PT ITSS hari ini, mengakibatkan jumlah korban lebih banyak.
Setidaknya, ada 13 korban jiwa dan puluhan lainnya mengalami luka ringan hingga berat gara-gara kebakaran tungku smelter. "Jumlah korban meninggal terdiri dari 9 pekerja Indonesia dan 4 pekerja asal Cina," kata Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan melalui keterangan resminya.
Ihwal kronologis kejadian, Dedy mengatakan tungku 41 yang terbakar itu awalnya masih ditutup untuk operasi pemeliharaan. Saat tungku tersebut sedang tidak beroperasi dan dalam proses perbaikan, terdapat sisa slag atau terak dalam tungku yang keluar. Terak itu kemudian bersentuhan dengan barang-barang yang mudah terbakar.
Dinding tungku pun runtuh dan sisa terak besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Akibatnya, pekerja yang berada di lokasi mengalami luka-luka hingga korban jiwa. "Hasil identifikasi penyebab kecelakaan ini sekaligus menegaskan bahwa tidak ada tabung oksigen yang meledak seperti diinformasikan sebelumnya," kata Dedy.
RIRI RAHAYU | ANTARA
Pilihan Editor: Kecelakaan Kerja di Smelter Terjadi Berulang, Walhi Sulteng Desak Pemerintah Hentikan Produksi PT IMIP