TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi buka suara soal bergabungnya TikTok Shop dengan Tokopedia. Ia menyebut, Kominfo mendorong platform untuk menaruh perhatian pada UMKM. Budi Arie meminta agar barang UMKM lebih banyak dijual daripada barang impor.
“Kalau saya, yang penting TikTok Tokopedia banyakan barang UMKM kita, jangan banyak barang impor. Itu concern kita sebagai bangsa. Jangan platform kita dipakai untuk jualan barang impor. Semata-mata barang impor,” ujar Budi Arie dalam acara launching Visi Indonesia Digital 2045 di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat pada Rabu, 13 Desember 2023.
Budi Arie menyebut, Kominfo akan melakukan fungsi pengawasan. Ia akan mengawasi apakah TikTok Shop dapat mematuhi aturan yang berlaku di Indonesia, khususnya Peraturan Menteri Kominfo tentang Penyelenggara Sistem Elektronik atau PSE.
“Nanti kami lihat sudah comply atau belum. Kalau kita kan di PSE-nya, ada aturan-aturan. Nanti kami lihat comply gak sama aturan Kominfo. Kalau ngawasin pasti bisa. Pengawasannya macam-macam sesuai aturan,” kata Budi Arie.
Sebagai informasi, TikTok Shop kini resmi beroperasi kembali setelah berkongsi dengan Tokopedia. Akan tetapi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan platform media sosial TikTok hanya boleh menyediakan fitur promosi atau iklan.
Sebelumnya, TikTok menghentikan operasional TikTok Shop di Indonesia pada Rabu, 4 Oktober lalu. Penutupan layanan TikTok Shop dilakukan setelah pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan melalui Sistem Elektronik.
Berdasarkan beleid tersebut, pemerintah melarang platform dengan model bisnis social commerce memfasilitasi transaksi pembayaran di dalam sistem elektroniknya sendiri. TikTok kemudian membeli 75 persen saham Tokopedia agar bisa kembali membuka layanan TikTok Shop di Indonesia.
Berdasarkan keterangan resmi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk., TikTok sepakat menyuntikan modal kepada GoTo sebesar lebih dari US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 23 triliun.
YOHANES MAHARSO | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Harga Minyak Dunia Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?