Hingga September 2023, kredit segmen korporasi swasta tumbuh 8,7 persen (year to date/ytd) menjadi Rp 251,6 triliun, diikuti segmen konsumer yang tumbuh 9,1 persen (ytd), dan segmen enterprise yang merupakan direct value chain dari nasabah korporasi, tumbuh 0,6 persen (ytd) menjadi Rp 57,4 triliun.
Selain itu, kredit yang disalurkan kepada BUMN juga mengalami peningkatan 6,9 persen (ytd) menjadi Rp 97,9 triliun. “Ini terutama disalurkan kepada BUMN yang menjalankan fungsi strategis, seperti PLN, Pertamina dan Bulog, serta beberapa BUMN lainnya di antaranya Pegadaian dan Jasa Marga,” kata Mucharom.
Ketiga, BNI akan terus melakukan perbaikan struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sehat. Adapun hingga September 2023, komposisi DPK yang dihimpun BNI didominasi oleh CASA atau Giro dan tabungan sebesar 69 persen.
“Di tengah trend peningkatan suku bunga saat ini, biaya DPK BNI tercatat di kisaran 2 persen, di mana secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi yang di atas 3 persen,” ucapnya.
Strategi keempat, kata Mucharom, perseroan terus mengedepankan pengelolaan manajemen risiko yang prudent. Selain indikator NPL dan LAR yang terus membaik, NPL coverage ratio per September 2023 telah mencapai 325 persen. Angka ini meningkat dari Desember tahun lalu sebesar 278 persen.
Adapun perseroan tercatat menjaga level Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada pada level yang memadai di level 21,9 persen per September 2023. “Angka ini jauh di atas batas minimum dari regulator sebesar 13,8 persen,” kata Mucharom.
Pilihan Editor: Garuda Indonesia Kembali Gelar Travel Fair, Ada Diskon Harga Tiket hingga 80 Persen