TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu memaparkan ketahanan kurs rupiah di tengah ketidakpastian global dalam acara BTPN Economic Outlook 2024.
Febrio menyebutkan rupiah menguat di tengah ketidakpastian global akibat pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Merujuk pada data Bank Indonesia pada Rabu, 22 November 2023, nilai tukar rupiah mengalami penguatan sebesar 0,11 persen menjadi Rp 14.425 per dolar AS.
“Kurs Indonesia tetap terjaga cukup kuat. Dalam kondisi apresiasi, padahal ada ketidakpastian global.” tuturnya.
Febrio juga menuturkan perihal emerging economics yang terjadi di negara berkembang biasanya mengalami depresiasi dikarenakan modal balik ke dolar AS. Indonesia justru mengalami resiliensi, seiring dengan kembali masuknya dana asing ke Indonesia pada November 2023.
“Resiliensi spread antara 10 tahun SBN dengan 10 tahun US Treasury saat ini berada di 200bps ini kondisi yang luar biasa, dimana ini menunjukkan kepercayaan investor tidak hanya domestik tetapi juga terutama global," ujarnya.
Febrio mengatakan bahwa kembalinya investasi asing menunjukkan kepercayaan investor terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta tingkat inflasi yang terjaga. Oleh karena itu, Badan Kebijakan Fiskal berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Selain itu, otoritas fiskal akan bekerja sama dengan otoritas moneter untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi sektor riil.
Di sisi lain, indikator penting lainnya bagi perbankan adalah suku bunga global dan suku bunga risk free Indonesia. Febrio mengatakan, referensi tersebut bisa dilihat dari SBN selama 10 tahun.
Jika dilihat antara tahun 2008-2011, spread antara SBN 10 tahun rupiah dan US Treasury pasar cukup menerima bahwa spread sekitar 400 bps. Namun kondisi tersebut bisa berbeda saat kondisi krisis, hingga bisa melebar sangat cepat.
Pilihan Editor: Sri Mulyani Ungkap Tugas Penting DJKN Tak Hanya Mengelola Aset Negara, tapi...