TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan Indonesia memerlukan investasi asing sekitar Rp 1.800 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen.
Chatib menyebut rasio ICOR Indonesia berada di level 6,8. Artinya jika ekonomi RI ingin tumbuh 7 persen, dibutuhkan investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebanyak 7 persen dikali 6,8, yakni 47 persen. Oleh sebab itu, dibutuhkan sumber pembiayaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Masalahnya tabungan domestik kita atau gross domestic savings terhadap PDB itu angkanya 36 persen dari angka bank dunia," kata Chatib dalam Bank BTPN Economic Outlook 2023 pada Rabu, 22 November di Jakarta.
Artinya, ada gap atau kesenjangan di mana uangnya tidak ada di domestik. Dia menjelaskan, ini karena kebutuhan investasi adalah 47 persen terhadap PDB, sementara tabungan domestik 36 persen.
"Makanya harus dari luar," ujar ekonom senior UI ini.
Adapun besaran investasi asing yang diperlukan adalah 11 persen dari PDB. Jika dikalikan PDB yang Rp 1.600 triliun, ada sekitar Rp 1.800 triliun yang perlu dicarikan tambahan.
"Darimana cari duit 1.800 untuk nutup gap ini?" tanya Chatib.
Dia pun menawarkan sejumlah opsi. Pertama, pemerintah harus mengurangi gap dengan cara menaikan tabungan domestik. Artinya, rasio pajak terhadap PDB harus dinaikkan.
"Maka saya ingin mengatakan, siapapun yang terpilih sebagai presiden pada 2024-2029 dan ke depan harus meningkatkan penerimaan pajak agar rasio tax to GDP mengalami peningkatan," ucap Chatib.
Kedua, pembiayaan harus melalui penanaman modal asing atau PMA karena gap tabungan domestik. Jadi, pemerintahan ke depan harus bisa menarik investor asing.
"Artinya, dia harus friendly kepada investor," tutur Chatib.
Dengan begitu, kata Chatib Basri, opsi ketiga adalah kebijakan regulasi harus diatur dan iklim investasi harus diperbaiki. "Opsi keempat, kalau kemudian uangnya enggak cukup, utang."
Pilihan Editor: Anies Baswedan Kritik Pembangunan Ekonomi: Banyak Berorientasi pada Pertumbuhan, Bukan Pemerataan