TEMPO.CO, Jakarta - Perum Bulog mengaku kesulitan mendapatkan beras impor. Padahal, banyak negara yang semula menawarkan ekspor beras ke Indonesia. Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan hal itu terjadi lantaran terjadi persaingan dengan negara-negara Eropa.
"Sudah dapat kontrak tapi mereka (negara importir) membatalkan. Karena sekarang terus terang, Eropa belinya lebih tinggi daripada Indonesia," kata Febby saat ditemui di kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan pada Jumat, 17 November 2023.
Menurut Febby, Eropa kini banyak mengimpor beras. Musababnya, banyak negara-negara di Eropa yang mulai beralih dari gandum ke beras. Hal tersebut berkaitan dengan pembatasan gandum akibat situasi geopolitik negara penghasil gandum terbesar di dunia, yaitu Rusia dan Ukraina.
Selain itu, Febby mengungkapkan harga beli Bulog pun kalah dari Filipina. Ia mengungkapkan Filipina mampu mengimpor beras dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Memilih beras impor pun, ujarnya, semakin sulit karena seleksinya lebih ketat.
"Ini menariknya untuk beberapa kondisi impor saat ini, jadi tidak segampang yang kemarin-kemarin," kata dia.
Impor beras 2 juta ton