TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Direktur Pelaksana Operasi Bank Dunia Anna Bjerde. Pertemuan itu terjadi pada 13 November 2023 lalu di sela-sela forum kerja sama ekonomi Asia-Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation/ APEC) di San Francisco, Amerika Serikat.
“Bertemu Anna Bjerde, di sela-sela kesibukan kami pada pertemuan para Menteri Keuangan APEC di San Francsco 2 hari lalu,” cuit Sri Mulyani melalui akun Instagram pribadinya @smindrawarti dikutip pada Kamis, 16 November 2023 sambil mengunggah enam momen kebersamaan keduanya.
Menurut bendahara negara, pertemuan itu sebenarnya tidak diagendakan pada awalnya. Tetapi kami memutuskan untuk bertemu dan bertukar kabar soal kondisi perekonomian global terkini,” tutur dia.
Sri Mulyani mengatakan Anna banyak bercerita mengenai tantangan yang dihadapi dalam situasi global yang saat ini semakin rumit. Anna, kata Srimulyani, berharap Bank Dunia dapat memberikan kontribusi lebih, khususnya dalam mengatasi climate change dan mendorong transisi energi.
Sementara, Sri Mulyani juga sempat bercerita mengenai tantangan yang dihadapi dalam menciptakan public-private-partnership untuk mewujudkan transisi energi Indonesia. “Kami sepakat, ini adalah tantangan yang tidak mudah. Glad to see and talk to you (senang bertemu dan berbicara dengan Anda), Anna,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menghadiri forum kerja sama yang dihadiri Presiden Joko Widodo alias Jokowi itu untuk ikut dalam rangkaian agenda Finance Ministers Meeting. Rangkaian agenda APEC yang diikutinya dimulai dengan mendiskusikan isu-isu terkini bersama para kolega dari 21 negara anggota APEC yang turut hadir.
Pada kesempatan kali ini, Sri Mulyani sampaikan beberapa hal. Terutamanya mengenai kondisi serta tantangan perekonomian global yang semakin kompleks. “Salah satunya adalah kebijakan ‘higher for longer’ yang semakin meningkatkan risiko posisi fiskal beberapa negara,” ucap dia.
Dia juga menyampaikan bahwa keluarnya kebijakan-kebijakan terkait isu perubahan iklim perlu direspons secara global. Tujuannya agar dapat dimitigasi bersama dan justru menjadi potensi sumber pertumbuhan baru.
Kebutuhan pembiayaan yang masif tatkala tingkat suku bunga tinggi juga menurut dia berpotensi memberikan tekanan yang besar. Hal itu juga berujung pada meningkatnya pembiayaan pada negara-negara berkembang—di mana Indonesia termasuk di dalamnya.
“Menghadapi segala dinamika global ini, saya sampaikan bahwa menyambut kebijakan fiskal yang matang dan bijaksana menjadi begitu penting kini,” tutur Sri Mulyani.
Pilihan Editor: Jokowi Revisi Target Penarikan Utang jadi Rp 421 Triliun, Bagaimana Respons Kemenkeu?