TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan nilai tukar rupiah kemungkinan masih berkonsolidasi di sekitar Rp 15.600-an terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan hari ini, Kamis, 9 November 2023.
“Pelemahan masih mungkin terjadi ke arah Rp 15.700 per dolar AS, dengan potensi penguatan di support Rp 15.600 per dolar AS,” ujar Ariston ketika dihubungi Tempo, Kamis.
Dia mengatakan pergerakan rupiah ini dipengaruhi oleh data Indeks Harga Konsumen (CPI) atau inflasi konsumen China yang baru saja dirilis menunjukkan deflasi untuk bulan Oktober.
Menurutnya, pelaku pasar bisa mengasumsikan deflasi ini sebagai akibat penurunan permintaan dan menganggap bahwa terjadi pelambatan ekonomi China. “Persepsi ini bisa memberikan tekanan ke rupiah karena China merupakan partner dagang besar Indonesia,” katanya.
Namun di sisi lain, kata Ariston, persepsi sebagian pelaku pasar yang masih melihat tidak adanya kenaikan suku bunga AS di rapat the Fed terakhir tahun ini, dapat mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS.
“Menurut survei CME FedWatch Tool terbaru, probabilitas the Fed akan menahan suku bunga acuannya di rapat Desember sebesar 93 persen,” ucap analis itu.
Adapun pada penutupan pasar kemarin, Rabu, 8 November 2023, mata uang rupiah ditutup melemah 14 poin di level Rp 15.650 per dolar AS.
Pilihan Editor: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Tiga 2023 Lebih Rendah dari Perkiraan, Apa Penyebabnya?