Selain itu, BI juga berupaya memitigasi dari sisi harga barang yang bergejolak (volatile food), khususnya komoditas beras.
Dengan upaya tersebut, BI menargetkan sasaran inflasi pada 2024 akan lebih rendah dibandingkan dengan 2023, yakni menjadi 2,5 plus minus 1 persen dari 3 plus minus 1 persen.
Tak hanya dari sisi imported inflation, BI juga menyiapkan langkah mitigasi dari sisi volatilitas kurs. Langkah tersebut dilakukan dengan mengintervensi pasar, termasuk melalui surat berharga negara (SBN).
Bank sentral juga melakukan penguatan dari sisi penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Firman menjelaskan penerbitan SRBI memiliki dua tujuan, yakni sebagai instrumen moneter serta menjadi bagian dari pendalaman pasar keuangan.
"Jadi, aset yang digunakan untuk sekuritas adalah underlying dari SBN BI. Harapannya, ini adalah bagian dari upaya mendukung stabilitas nilai rupiah," ujar Firman.
Langkah mitigasi berikutnya adalah melonggarkan penyangga kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) dari 6 persen menjadi 5 persen.
Tujuannya adalah untuk memberikan ruang kepada perbankan domestik untuk tetap menyalurkan tambahan kredit di tengah kondisi yang tidak pasti.
Pilihan editor: Pekan Ketiga Oktober, Bank Indonesia Catat Aliran Modal Asing Keluar Rp 5,36 Triliun