TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terpantau terus turun pada pekan ini. Kemarin, rupiah ditutup melemah 85 poin ke level Rp 15.815 per dolar AS. Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan pergerakan rupiah terhadap dolar AS ini sangat terpengaruh dengan situasi atau faktor eksternal.
“Mungkin ini karena posisi rupiah sebagai aset berisiko. Jadi, meskipun data ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang sehat atau bagus, ini tidak bisa mengalahkan sentimen dari luar,” ujar Ariston ketika dihubungi oleh Tempo, Jumat, 20 Oktober 2023.
Untuk perdagangan hari ini, Ariston mengungkap nilai rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS karena indikasi kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS. “Dolar AS juga masih terlihat menguat terhadap mata uang regional pagi ini,” tuturnya.
Potensi pelemahan hari ini, kata Ariston, diperkirakan tertahan di bawah Rp 15.850 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp 15.780 per dolar AS.
Ia juga mengatakan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell tadi malam telah memberikan sinyal bahwa kebijakan suku bunga tinggi masih diperlukan untuk menurunkan inflasi AS ke level 2 persen. “Tapi Powell juga memberikan indikasi bahwa The Fed tidak terburu-buru menaikan suku bunga acuan lagi,” katanya. Hal ini karena tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi di AS sudah membantu meredam inflasi.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah yang masih berlangsung juga masih menjadi kekhawatiran pasar yang mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman di emas dan dolar AS.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin membantu meredam pelemahan rupiah terhadap dollar AS. “Pelemahan rupiah langsung berkurang pasca diumumkannya kenaikan suku bunga acuan tersebut. Kebijakan ini mungkin bisa meredam penguatan dolar AS terhadap rupiah hari ini,” ujar Ariston.
Pilihan Editor: Cara Dapat Gigi Palsu Menggunakan BPJS Kesehatan dan Biayanya