TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Transportasi Perkotaan dari Universitas Lampung Aleksander Purba membenarkan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Kereta Cepat Whoosh memang memiliki keunggulan dari segi kecepatan. Namun, kata dia, lazimnya stasiun sepur kilat itu seharusnya berada di pusat kota.
“Semua stasiun Kereta Cepat Whoosh semuanya, sejauh ini, berada di pinggiran,” ujar Aleksander saat dihubungi pada Senin, 16 Oktober 2023.
Karena stasiun di pinggiran, harus ada feeder yang lengkap
Dengan stasiun berada di pinggiran kota, Aleksander menjelaskan, idealnya moda kereta dengan kapasitas tinggi dan cepat dilengkapi dengan feeder atau pengumpan yang lengkap. Menurut dia, hal tersebut adalah tantangan besar PT Kereta Cepat Indonesia China atau PT KCIC, yang belum bisa diatasi.
“Walau tantangan tersebut juga menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga,” ucap dia.
Oleh sebab itu, menurut Aleksander, penting bagi operator untuk menawarkan opsi-opsi bagi penumpang Kereta Cepat Whoosh. Terutama karena beragam pilihan moda sepanjang koridor termasuk Kereta Api Argo Parahyangan yang sudah eksis lebih dahulu.
Dengan adanya pilihan tarif, dia berujar, masyarakat memiliki beberapa pilihan berdasarkan maksud dari perjalanan yang ingin dilakukan. “Apakah bisnis, urusan sosial atau keluarga, atau perjalanan wisata,” tutur Aleksander.
Senada dengan Aleksander, guru besar transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Sutanto Soehodho juga mengatakan hal yang sama. Menurut Sutanto, keunggulan dari segi kecepatan bukan daya tarik satu-satunya. Karena keterhubungan atau konektivitas yang membawa penumpang dekat dengan asal dan tujuan biasanya diperhitungkan pula oleh penumpang.
Selanjutnya: “Hal ini tentu masih menjadi kekurangan dari ..."