TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia harus segera melakukan intervensi untuk memulihkan kurs rupiah. Pasalnya, nilai tukar rupiah akhir-akhir ini terus melemah lantaran dolar AS terus menguat. Walhasil, importir dibayang-bayangi risiko kerugian.
Subandi mengatakan, sebagian importir sudah melakukan kontrak pembelian. Sebagian juga sudah membayar sebelum dikirim.
Ada pula yang sudah mencantumkan nilai pembelian. "Sehingga, proses mendatangkan barang tetap dijalankan dengan berbagai risiko karena terikat perjanjian kontrak pembelian," kata Suba ndi kepada Tempo, Selasa, 10 Oktober 2023.
Sementara itu, kata Subandi, importir yang belum menandatangani kontrak kemungkinan akan menunda pembelian sembari menunggu nilai tukar dolar kembali ke level yang wajar.
Adapun dalam perdagangan Senin kemarin, dolar ditutup menguat dan rupiah melemah ke level Rp 15.692 per dolar AS. Namun pada Selasa pagi ini, rupiah menguat 10 poin menjadi Rp 15.682 per dolar AS.
Jika dolar tak kunjung stabil dan potensi pelemahan rupiah masih terjadi, Subandi melanjutkan, importir yang sudah menandatangani kontrak pengadaan di dalam negeri pun akan mengalami kerugian. Kalaupun tidak rugi, keuntungannya berkurang signifikan.
"Masa-masa sulit akan dihadapi para pelaku usaha importasi dan mau tidak mau harga jual barang impor di dalam negeri akan dinaikkan untuk menghindari kerugian yang semakin besar," ujar Subandi.
Oleh karena itu, Subandi mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia harus segera bertindak agar nilai tukar dolar kembali ke level wajar. "Kalau tidak, bisa berdampak pada daya beli masyarakat dan berkontribusi pada inflasi."
Pilihan Editor: Melemah 79 Poin, Rupiah Hari Ini Berada di Level Rp 15.692 per Dolar AS