TEMPO.CO, Magelang - Jamur Borobudur menjadi salah satu tempat wisata pendukung Candi Borobudur yang berada di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) itu merupakan tempat budidaya jamur lingzhi, tiram, dan kuping yang diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman.
Pemilik Jamur Borobudur Puput Setyoko, 30 tahun, menjelaskan soal jamur-jamur yang digarapnya. Untuk jamur lingzhi, biasanya diolah untuk menjadi obat. Di dunia farmasi, kata dia, jamur yang ditemukan di Cina pada 2.000 tahun lalu itu kerap ditumbuk dan dibuat kapsul. Dulu, jamur itu untuk mengobati para bangsawan, karena susah didapatkan.
“Tapi sekarang sudah bisa dibudidayakan. Hanya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan tumbuh, paling lama,” ujar dia saat ditemui di Jamur Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Sementara di tempat Puput, jamur lingzhi dikeringkan lalu dipotong-potong untuk diseduh layaknya teh. Menurut dia, secara fisik jamurnya tidak bisa dimanfaatkan, hanya airnya saja yang diminum. Khasiatnya, menurut Puput, anti-aging—untuk mengurangi munculnya kerutan, garis halus, dan kulit kendur.
“Rasanya pahit, ada juga yang menyebut jamur keabadian,” ucap Puput.
Sedangkan jamur tiram kerap ditemui diberbagai pasar atau restoran yang diolah menjadi makanan. Sementara jamur kuping diolah menjadi berbagai jenis makanan. Contohnya seperti keripik, sambal, rendang jamur, bakso jamur, sate jamur, dan berbagai macam produk lainnya.