TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan kebijakan hilirisasi yang menjadi unggulan dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi justru membuat industrialisasi di Tanah Air meredup. Padahal, industrialisasi merupakan salah satu prasyarat penting agar suatu negara terhindar dari middle income trap.
Dalam situs pribadinya, faisalbasri.com, Faisal Basri juga mengatakan industrialisasi lah yang mampu menggapai status negara maju, bukan sekedar negara berpendapatan tinggi. "Industrialisasi bermakna lebih luas, tidak sebatas mengolah sumber daya alam," ujar Faisal Basri, Sabtu, 19 Agustus 2023.
Faisal Basri menggarisbawahi industrialisasi bertujuan memperkuat struktur industri agar kokoh dan berkelanjutan. Sedangkan hilirisasi hanya bertujuan untuk mengolah sumber daya alam agar bernilai tambah kian tinggi, tidak semata-mata keruk jual, tebang-jual atau petik-jual.
Karena itu, Faisal Basri menilai seharusnya pemerintah mendorong industrialisasi, sehingga dapat membuat Indonesia berdaya saing dan mampu mengembangkan budaya industri, tidak sekedar membangun pabrik. Industrialisasi pun dapat memperbanyak porsi pekerja formal, membangun kelas menengah yang mumpuni, mempercepat transformasi perekonomian, serta mengurangi ketimpangan berbagai dimensi.
Faisal Basri menunjukkan bahwa kebijakan hilirisasi yang dicanangkan Jokowi tak berhasil membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target. Bukannya meroket, justru pertumbuhan investasi semakin melambat.
Faisal Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir justru mengalami perlambatan. Angkanya tak beranjak dari kisaran 5 persen. Nilai ini jauh dari target 7 persen pada pemerintahan Jokowi periode pertama dan 6 persen pada periode kedua.
Selanjutnya: Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi....